Satelit mendeteksi 173 hotspot pada 27 Juli 2017. Kemudian 28 Juli, berjumlah 277 titik panas, lalu 29 Juli terdeteksi 238 titik panas, dan pada 30 Juli ada 239 titik panas.
"Sepekan terakhir sebaran hotspot terbanyak terdapat di Kalimantan Barat, NTT, dan Aceh," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Deputi Bidang Meteorogi BMKG, Yunus S Swarinoto mengingatkan, wilayah Aceh perlu mewasdai kemunculan titik panas akibat meningkatnya intensitas cuaca kering selama musim kemarau.
Berdasarkan peta potensi kemudahan kebakaran yang ditinjau dari unsur cuaca, lanjutnya, maka masih menunjukkan wilayah di Aceh sangat mudah terjadi kebakaran.
"Meski begitu, kondisi cuaca tidak akan menyebabkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Jika tidak ada faktor manusia yang melakukan pembakaran," tegasnya.
(Salman Mardira)