NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio  Gueterres, memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang meninggi di  Myanmar barat. Ia pun mendesak pasukan keamanan untuk menahan diri  setelah ratusan orang dilaporkan tewas dalam kekerasan komunal dan  ribuan orang terus melarikan diri.
"Sekretaris jenderal sangat  prihatin dengan laporan ekses-ekses selama operasi keamanan yang  dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar di negara bagian Rakhine dan  mendesak untuk menahan diri dan ketenangan guna menghindari bencana  kemanusiaan," kata juru bicara PBB seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (2/9/2017).
Guterres  mengingatkan bahwa adalah tanggung jawab pemerintah untuk memberikan  keamanan dan membiarkan badan bantuan menjangkau mereka yang  membutuhkan.
Kantor kepala tentara Myanmar pada hari Jumat  memberi jumlah korban tewas yang diperbarui, membuat sketsa rincian  pemberontakan yang meningkat dengan tajam.
(Baca juga: 20 Ribu Muslim Rohingya Terdampar, Pelapor Khusus PBB Kecam Myanmar)
"Sampai 30 Agustus,  sejumlah besar teroris melakukan gelombang serangan terhadap pasukan  keamanan. Dalam serangan tersebut, 370 mayat teroris ditemukan dan  sembilan lainnya tertangkap hidup-hidup," sebuah pernyataan yang dimuat  di Facebook mengatakan.
"Lima belas pasukan keamanan dan 14 warga sipil juga tewas dalam delapan hari pertempuran," tambahnya.
Ini  adalah bab paling berdarah dalam krisis lima tahun yang telah mencabik  negara bagian Rakhine. Kejadian ini pun menuai kecaman dunia  internasional terhadap tentara Myanmar dan pemerintah Aung San Suu Kyi.
(Baca juga: Bahas Situasi Warga Rohingya, Menlu Retno Berdialog dengan Sekjen PBB)
PBB mengatakan 38.000 orang telah mencari perlindungan di seberang perbatasan di Bangladesh. Sebanyak 20.000 Rohingya lainnya berkumpul di sepanjang perbatasan Bangladesh, dilarang memasuki negara Asia Selatan. Sementara itu puluhan orang putus asa telah tenggelam saat menyeberangi sungai Naf, sebuah sungai di perbatasan, dengan kapal darurat.
(Qur'anul Hidayat)