Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

OKEZONE STORY: "Tahun Tanpa Musim Panas", Masa Kelam yang Pengaruhi Dunia Hingga Kini

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 30 September 2017 |08:01 WIB
OKEZONE STORY:
Anomali temperatur bumi pada 1816 dibandingkan dengan temperatur rata-rata pada 1971-2000. (Foto: NOAA)
A
A
A

PADA zaman modern, isu perubahan iklim yang menjadi perhatian warga dunia dianggap sebagai penyebab kondisi cuaca yang tidak normal. Namun, fenomena seperti itu, ternyata bukanlah sebuah fenomena baru di dunia.

Dilansir Vintage News, Sabtu (30/9/2017), 1816 tercatat dalam sejarah sebagai sebuah “Tahun Tanpa Musim Panas” yang menunjukkan adanya fenomena cuaca yang aneh. Namun, tidak hanya itu, tahun yang sama juga dikenal sebagai “Tahun Kemiskinan” dan “Delapan Ratus Mati Kedinginan.”

Ada alasan di balik sebutan itu: anomali iklim parah yang menyebabkan suhu global rata-rata turun sekira 10-13 derajat celcius. Kondisi itu menyebabkan Belahan Bumi Utara menderita, mengakibatkan kekurangan makanan utama seiring dengan turunnya salju pada Juni dan badai beku yang terjadi pada Agustus. Mungkin bagi penduduk bumi saat itu kondisi dunia tersebut terasa seperti akhir dunia.

Meskipun tidak sepenuhnya diketahui apa yang menyebabkan kondisi cuaca ekstrem semacam itu, kebanyakan teori menduga letusan gunung berapi yang hebat yang terjadi dua tahun sebelumnya turut menjadi faktor. Pada 1815, letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia, terjadi. Letusan itu dilaporkan berada pada skala 7 di Volcanic Explosivity Index (VEI), menyebabkan material vulkanik yang tak terhitung jumlahnya terlempar ke atmosfer. Letusan lain yang mungkin memicu Tahun Tanpa Musim Panas adalah letusan Gunung Mayon di Filipina pada 1814.

Terlebih lagi, Bumi telah melewati periode pendinginan global selama berabad-abad, yang sekarang dikenal sebagai Little Ice Age. Periode ini secara konvensional didefinisikan berlangsung dari abad 16 sampai abad ke-19 dan menyebabkan krisis pertanian dan kemiskinan yang signifikan di seluruh Eropa.  

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement