SITTWE – Kelompok militan Rohingya yang memicu kekerasan di Rakhine State pada Agustus 2017 akhirnya mengeluarkan pernyataan baru. Pada pernyataan itu, mereka mengklaim siap berdamai dengan Pemerintah Myanmar.
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Sabtu (7/10/2017) pernyataan ini dikeluarkan oleh Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA jelang berakhirnya gencatan senjata dengan militer Myanmar. Hingga kini masih belum diketahui langkah lanjutan apa yang akan dipilih oleh ARSA ketika gencatan senjata itu resmi dihentikan pada Senin pekan depan.
Pihak ARSA menyatakan mereka terus bertekad untuk menghentikan tirani serta tekanan yang menimpa rakyat Rohingya. ARSA menuding Pemerintah Myanmar menggunakan pembunuhan, pembakaran dan pemerkosaan sebagai “alat” untuk melakukan depopulasi terhadap warga etnis Rohingya.
Namun militan yang memicu eksodus para warga etnis Rohingya ke Bangladesh itu mengklaim siap untuk berdamai. “Jika pada tahap apapun, Pemerintah Burma menginginkan untuk berdamai maka ARSA akan menyambut baik kehendak itu dan meresponsnya,” kata kelompok ARSA melalui pernyataannya.