HARARE - Meski pengambilan alih oleh pasukan militer Zimbabwe telah dilakukan, namun sang presiden yaitu Robert Mugabe tetap kukuh untuk menduduki jabatannya tersebut. Tidak menyerah begitu saja, para pemimpin partai ZANU-PF, yang berkuasa Zimbabwe, mengadakan pertemuan untuk merancang sebuah resolusi guna memberhentikan Presiden Robert Mugabe.
Menurut laporan, mereka akan memberhentikan paksa Presiden Mugabe pada akhir pekan dan meletakkan dasar untuk pemakzulannya minggu depan jika Mugabe tetap menolak untuk mundur, kata seorang sumber partai senior.
"Tidak ada jalan kembali. Jika dia tetap keras kepala, kami akan mengatur agar dia dipecat pada Minggu. Kalau urusan tersebut selesai, ia akan menghadapi pendakwaan pada Selasa, " jelas seorang sumber dari partai, dilansir dari Reuters, Jumat (17/11/2017).
BACA JUGA: Mengenal Mugabe, Tokoh yang Berkuasa Lebih Lama dari Soeharto
Drama kudeta terhadap Mugabe yang sedang berlangsung di ibukota, Harare, juga diliputi kerunyaman setelah Mugabe terlihat tengah tersenyum pada Kamis 16 November dan berjabat tangan dengan kepala militer Zimbabwe, pria di balik kudeta tersebut.
Hal tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan tentang apakah akhir sebuah era sudah dekat atau tidak. Sementara istri dari sang presiden, Grace Mugabe, diyakini telah melarikan diri ke Namibia akibat kerusuhan yang terus berlanjut.
Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma, menyatakan bahwa ini pertama kalinya Afsel melihat militer menentang seorang Mugabe, kepala negara tertua di dunia dan salah satu penguasa otoriter terlama. Mugabe diketahui telah menjabat sejak kemerdekaan Zimbabwe pada 1980.
Kesehatan sang presiden pun juga kerap dibicarakan dan menjadi isu sensitif. Perbincangan mengenai penerusnya juga kian santer menjelang pemilihan umum (pemilu) 2018. Mugabe sendiri pernah menyatakan tetap akan maju sebagai calon petahana meski usianya sudah mencapai 93 tahun.
(pai)
Follow Berita Okezone di Google News
(rfa)