Sampai kini, sumur itu masih ada dan masih mengeluarkan air. Sumur itu dalamnya hanya 3 meter. Sumur kecil itu kerap dikunjungi orang-orang dari berbagai daerah.
Tujuannya macam-macam, ada yang untuk mencari ilham dan kepentingan lainnya. Triyono bercerita, pernah ada perempuan berusia 25 tahun dari Banten yang sedang mendalami wayang datang untuk melakukan ritual untuk mendalami kebatinan kewayangan yang ia pelajari.
"Ada juga petinggi-petinggi yang datang ketika mau mencalonkan diri (sebagai wakil raykat -red)," ujar Triyono.
Maksud mereka datang ke sana untuk napak tilas kepemimpinan masa silam di Banyumas. "Mereka ingin menyerap energi kepemimpinan di masa silam agar bisa maju menjadi pemimpin," kata Triyono.
Orang yang memiliki hajat di sumur Sendang Mas, akan menimba sendiri dengan batok kelapa bertali merah. Tali merah itu ialah simbol keberanian untuk menghadapi masalah. Sedangkan hanya batok kelapa yang bisa menjangkau permukaan air dengan diameter 15 cm.
Triyono berkisah, orang yang datang tidak selalu mulus mendapatkan air dari sumur. Pada masa-masa tertentu, adakalanya sumur kering. Di lain kesempatan, bukan mata air jernih yang didapat, tapi keruh.
"Biasanya orang datang di Kamis Legi atau Kamis Wage. Karena dulu sumur ini ditemukan Yudhanegara II di hari itu," Triyono menjelaskan.
Jika sumur kering, pengunjung harus berkunjung di lain kesempatan. Jika air keruh, bisa jadi ada makna lain. Triyono bilang, ada dua kemungkinan. Pertama, mungkin niat orang yang datang adalah buruk. Kemungkinan kedua, bisa saja memang yang datang memerlukan air keruh.
"Ada pengunjung yang datang dan dapat air keruh. Ternyata memang itu keperluannya, sebagai obat kulit. Jadi air keruh itu ia oleskan di area kulit yang butuh pengobatan," kata Triyono.
Biasanya, orang yang ingin melakukan ritual di sana setidaknya menyiapkan 7 macam sesaji yakni, kembang telon, kinang, rokok kemenyan, dua buah pisang mas raja, minyak fanbo, dan kemenyan.
Menjelang Pilkada 2018 ini, Triyono mendapati ada beberapa orang yang datang dengan maksud melancarkan pencalonannya sebagai kepala daerah, atau untuk menunjang karir politiknya.
Apapun niat orang itu, Triyono mengatakan, kisah Yudanegara II harusnya bisa menjadi contoh bahwa sejatinya pemimpin itu memikirkan benar-benar rakyat. Yudanegara bersemedi hingga menemukan Sendang Mas adalah sebuah laku mencari solusi dari kekacauan daerah yang ia pimpin.
(Angkasa Yudhistira)