DILI – Pemilihan umum (pemilu) di Timor Leste atau Timor Timur yang digelar 2017 tidak kunjung mengakhiri kebuntuan politik berkepanjangan. Atas alasan tersebut, Presiden Fransisco ‘Lu Olo’ Guterres mengatakan akan membubarkan parlemen dan meminta pemilihan umum kembali.
Pemilihan umum pada 2017 itu tidak menghasilkan pemenang jelas, dengan Partai Fretilin, yang mendukung Perdana Menteri Mari Alkatiri, hanya menghasilkan suara 0,2% suara lebih banyak ketimbang Kongres Nasional untuk Pembangunan Kembali Timor Leste (CNRT), yang mendukung pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao.
Guterres meminta Alkatiri, sekutu politiknya, membentuk pemerintahan, namun jalan buntu di parlemen terjadi setelah koalisi pimpinan CNRT, dengan mayoritas kursi di parlemen, menolak meneruskan programnya. Kebuntuan tersebut menyebabkan Alkatiri menuduh oposisi melakukan percobaan kudeta, sementara koalisi CNRT menyebut pemerintah buatannya tidak konstitusional.
"Hanya rakyat yang bisa membantu menyelesaikan tantangan baru yang kita hadapi. Dengan rendah hati, presiden meminta rakyat untuk memilih lagi dalam pemilihan baru," kata Guterres kepada wartawan, mengutip dari Reuters, Jumat (26/1/2018). Presiden mengatakan, tanggal pemilihan umum akan ditentukan sesuai dengan peraturan di undang-undang dasar.
Damien Kingsbury, pakar Timor Timur asal Australia, yang akan bertindak sebagai pengamat internasional, mengatakan pemilihan umum itu akan dilakukan pada April paling cepat.