Sampai pada titik kisah ini, Deti kemudian dengan semangat menceritakan pengalaman seru dan yang menurutnya unik dalam hidupnya, sebagai pasangan kembar Deta. Pengalaman paling umum terjadi adalah rekan dan atasan mereka yang salah memanggil nama.
Hanya saja, hal itu tidak terjadi pada rekan kerja yang kerap bertugas bersama mereka karena sudah bisa membedakan ekspresi antara keduanya. “Kalau dipanggil nengok berarti benar, kalau dipanggil-panggil kok diam saja tidak balik menyapa berarti salah atau ketukar,” ungkap Deti.
Salah satu cara membedakan fisik antara kedua putri almarhum Karyono itu, bisa dilihat dari bekas jahitan di dagu Deti. Jahitan itu muncul dari luka masa kecil, Deti jatuh dari sepeda.
Teman si kembar sejak kecil, Bripda Arum Reswari Zoana, menuturkan di masa-masa sebelumnya, ia sulit membedakan kedua saudara kembar tersebut. Lama-kelamaan ia mulai terbiasa dan mampu memilah yang mana Deta dan yang mana Deti.
“Mereka itu orangnya sangat bersahabat. Tapi kalau sedang marah, dua-duanya galaknya sama,” ungkap Arum, lagi-lagi disambut gelak tawa.
(Rizka Diputra)