Selama ini satu keluarga tersebut tidak tampak seperti pelaku terorisme yang pada umumnya dikenal tertutup, dan jarang bersosialisasi dengan orang lain. "Keluarga ini (terduga teroris) dikenal harmonis dan bergaul seperti biasa yakni bersosialisasi dengan masyarakat," terang Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, Senin (14/5/2018).
Keluarga pelaku bom gereja di Surabaya. Foto: Ist
Menurut Barung, anak-anak mereka sering bermain sepeda dengan anak para tetangga. Kondisi ini berbeda dengan keluarga pelaku lain yang dikenal tertutup.
Keluarga ini memang baru pulang dari Suriah. "Mereka termasuk dari 500 orang lebih yang dideportasi dari Suriah. Saat saya menyentuh tangan pelaku masih halus, maklum mereka masih muda," ungkap Barung.
Barung menambahkan, kini petugas masih berkonsentrasi dalam proses identifikasi terhadap para korban bom bunuh diri yang meninggal dunia. Pihaknya mendirikan posko postmortem dan antemortem di RS Bhayangkara Surabaya. Ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder korban.
(Qur'anul Hidayat)