Caranya, menurut Wirya adalah dengan "berusaha memajukan perspektif-perspektif negara berkembang, tidak hanya negara-negara maju."
Apakah Indonesia akan mewakili suara negara-negara Muslim?
Politik luar negeri Indonesia selama ini sudah aktif berdiplomasi mewakili suara Muslim, seperti membela etnis Islam Rohingya di Myanmar yang mayoritas Buddha dan menolak pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem sebagai bentuk solidaritas ke negara mayoritas Islam, Palestina.
Namun bagi Wirya Adiwena, keanggotaan Indonesia "bukan mewakili suara negara Muslim, tapi dipercaya oleh negara-negara Muslim bahwa Indonesia mampu membawa yang terbaik ke forum global."
"Indonesia tidak memiliki keberpihakan khusus kepada negara-negara tertentu. Yang kita miliki keberpihakannya adalah untuk memperkuat tata kelola pemerintahan global, sebisa mungkin memperbaiki sistem PBB, memajukan perdamaian dunia. Hal-hal itulah yang dibawa Indonesia," papar Wirya.
Dia memberi contoh, "di OKI (Organisasi Kerjasama Islama) ada kontestasi antara Saudi Arabia dan Iran. Yang Indonesia berusaha selalu lakukan adalah membangun jembatan, (bahwa) kontestasi geopolitik tidak akan menghalangi diplomasinya dalam usaha membangun perdamaian."
Sedang menurut Tirta Mursitama posisi Indonesia di DK PBB akan merepresentasikan dunia Islam moderat dan negara-negara Asia Tenggara.
"Saya yakin negara-negara Islam banyak menaruh harapan kepada Indonesia. Bagi Indonesia bila mampu memperjuangkan isu-isu terkait dunia Islam khususnya yang noderat maka akan jadi keuntungan luar biasa bagi Indonesia secara domestik, regional dan global," ujar Tirta.
Yang pasti, Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa isu Palestina akan menjadi perhatian Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Ini adalah keempat kalinya Indonesia berada di kursi DK PBB. Sebelumnya Indonesia menjadi anggota Tidak Tetap DK PBB pada periode 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008.
Dalam proses pemilihan tertutup, Indonesia memperoleh 144 suara dari jumlah keseluruhan 190 anggota PBB yang hadir. Indonesia mengalahkan Maladewa yang memperoleh 46 suara, untuk mewakili kawasan Asia dan Pasifik di DK-PBB, menggantikan Kazakhstan yang masa keanggotaannya berakhir pada Desember 2018.
(Baca Juga : Jadi Anggota DK PBB, Momentum Indonesia Jaga Keamanan Dunia)
Selain Indonesia, negara-negara lain yang juga terpilih menjadi anggota DK PBB periode 2019-2020 adalah: Jerman dan Belgia (mewakili kelompok Eropa Barat); Republik Dominika (Amerika Latin dan Karibia); dan Afrika Selatan (Afrika).
Kelimanya akan bergabung dengan 5 negara anggota tetap DK PBB (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Cina dan Rusia) serta 5 negara anggota tidak tetap lainnya (Pantai Gading, Guinea Ekuatorial, Kuwait, Peru dan Polandia).
(Erha Aprili Ramadhoni)