TANGERANG - Sebelum bom meledak di kontrakan yang dihuni oleh Abdullah beserta isteri dan seorang anaknya, rupanya pelaku jaringan teroris merencanakan untuk menyerang Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat pagelaran Pilkada berlangsung. Namun upaya itu dibatalkan karena adanya perbedaan pendapat di internal kelompok tersebut.
"Jadi rencananya kelompok Abdullah ini untuk melakukan serangan tidak jadi. Ada yang bilang oke, ada yang bilang tidak. Akhirnya tidak jadi," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di ICE BSD, Jumat (6/7/2018).
Disampaikannya, perbedaan pendapat dalam kelompok tersebut terjadi akibat massifnya operasi yang digencarkan tim anti teror di banyak tempat. Karena merasa situasi keamanan diawasi ekstra ketat oleh polisi, lalu Abdullah dan kelompoknya mengurungkan rencana penyerangan TPS.
"Tapi karena memang kita melakukan operasi besar, 138 orang tertangkap setelah bom Surabaya, dan kemudian kita melakukan pengejaran-pengejaran kepada mereka, tekanan-tekanan ini membuat kelompok-kelompok ini menjadi ragu-ragu," tambahnya.
Kemudian dijelaskan Tito, bom tersebut lalu disimpan di rumah kontrakan Abdullah sampai menunggu waktu yang tepat untuk digunakan. Sayangnya, bom justru meledak akibat dimainkan oleh anaknya.