BOGOTA – Seorang mantan kepala polisi Venezuela mengakui bahwa dirinya terlibat dalam operasi peluncuran drone bersenjata di sebuah acara militer yang dihadiri Presiden Nicolas Maduro pada Sabtu pekan lalu. Maduro menyebut aksi itu sebagai sebuah upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Salvatore Lucchese yang kini menjadi seorang aktivis politik dan pernah dipenjara karena ikut ambil bagian dalam demonstrasi mengatakan bahwa dia merencanakan serangan itu dengan kelompok militan anti-Maduro yang menamakan diri mereka sebagai “resistance”.
Lucchese mendeskripsikan kelompok itu sebagai kumpulan aktivis jalanan, organisator pelajar dan mantan pejabat militer. “Resistance” hampir tidak memiliki struktur formal, tetapi dikenal di Venezuela sebagai kelompok yang menyelenggarakan demonstrasi dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Sabtu pekan lalu, sebuah drone bermuatan peledak terbang di atas pawai militer di Caracas sebelum diledakkan dan melukai sedikitnya tujuh tentara dan menimbulkan kepanikan. Reuters tidak dapat memverifikasi apakah benar Lucchese terlibat dalam serangan drone tersebut atau tidak.
"Kami memiliki tujuan dan saat ini kami tidak dapat mewujudkannya 100 persen," kata Lucchese dalam wawancara di Bogota, Kolombia sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (8/8/2018). Dia mengatakan bahwa perjuangan bersenjata di Venezuela masih akan berlanjut.
Kementerian Informasi Venezuela belum memberikan tanggapan terkait klaim Lucchese itu.