Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Paradoks Menyambut PMP Baru

Paradoks Menyambut PMP Baru
Pancasila
A
A
A

Belajar dari Jepang

Di laman resmi kedutaan Jepang disebutkan pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Begitu asyik dengan pekerjaannya sehingga orang Jepang suka lupa waktu. Di perusahaan-perusahaan kurang terdengar suara keberatan untuk kerja lembur. Hal tersebut didorong oleh rasa tanggung jawab dan semangat kelompok.

Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa keterikatannya terhadap kelompok di mana dia berada, terutama perusahaan tempat kerjanya. Bilamana perusahaannya menghadapi masalah atau tugas yang mendesak dan harus segera dituntaskan, maka para karyawan merasa terpanggil untuk ikut memikul beban kerja bersama-sama, dengan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadinya.

Tentu saja ada peraturan ketenaga-kerjaan yang memberikan batasan terhadap jam kerja, lembur, dan lain-lain di masing-masing perusahaan menentukan aturannya sendiri dalam batasan yang sudah ditetapkan itu. Dewasa ini mulai ada perubahan, bahkan timbul kesadaran, terutama di kalangan karyawan muda, untuk lebih menikmati hidup dengan lebih banyak menyisihkan waktu bagi keluarga dan rekreasi/ hiburan.

Kesadaran kelompok di kalangan orang Jepang konon berakar pada budaya tanam padi di sawah di masa lampau yang harus dikerjakan beramai-ramai, berdasarkan sistem kerjasama berkelompok dan kuatnya ikatan kekeluargaan. Ada keteraturan kerja dalam mengolah sawah, melakukan panen, mengatur pengairan, hingga mengatur komunitas pertanian tempat mereka bermukim. Jiwa berkelompok ini kemudian diperkokoh oleh ajaran Konfusius, yang masuk dari Cina, yang berpegang pada konsep kelompok kekeluargaan.

Dengan latar belakang sejarah demikian, rasa keterikatan (kelompok) karyawan terhadap perusahaan dan rekan kerja makin menjadi kuat dengan adanya apa yang dinamakan "life-time employment", yakni kebiasaan orang Jepang setia bekerja seumur hidup pada sebuah perusahaan saja. Akan tetapi, akhir-akhir ini makin banyak kaum muda yang enggan terikat pada satu perusahaan; mereka lebih senang berpindah-pindah menurut kehendak hatinya.

Di sini bisa disimpulkan bahwa apa yang terjadi di Jepang juga mengalami pergeseran. Namun prinsip-prinsip dasar yang menjadi karakter bangsa Jepang tetap mengakar dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa karakter yang bisa disebut diantaranya; Bushido yang menekankan pada kehormatan, keberanian, dan kesetian kepada atasan melebihi apapun. Makoto berarti bersungguh-sungguh dengan selalu berkata dan bertindak jujur dengan tidak berlaku curang baik kepada kawan maupun lawan. Gi, menjaga Kejujuran. Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Rei menghormati kepada orang lain.

Ironi

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement