Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Paradoks Menyambut PMP Baru

Paradoks Menyambut PMP Baru
Pancasila
A
A
A

Bung Karno pernah mengatakan makna Pancasila kalau diperas akan menjadi Gotong Royong. Idealnya kehidupan bangsa Indonesia harus mewujudkan Gotong Royong. Hakekat Gotong Royong adalah Kebersamaan, Kekeluargaan, atau Perbedaan dalam Kesatuan – Kesatuan dalam Perbedaan.

Kalau PMP edisi baru akan dibuat dengan cara baru yang menampilkan contoh berupa video, tentunya secara metode harus bisa diberi apresiasi. Namun, jangan sampai ini hanya menjadi rutinitas atau bahkan ‘proyek’ yang pada ujungnya hanya formalitas dan pada akhirnya PMP akan dihapuskan lagi, sebagaimana dulu juga dihapuskan karena dianggap tidak efektif/tak memiliki dasar yang kuat. Di teori anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai Pancasila, namun setiap saat dia menyaksikan dan mengalami berbagai macam ketidakdilan, penindasan, korupsi, privilege yang ‘dilegalkan’, dan lain sebagainya.

“Aku bisa masuk, tanpa antri. Ayahku kan pejabat”. “Aku bisa sampai ke pesta perkawinan lebih cepat karena pamanku dikawal polisi”. “Gak papa masuk penjara, nanti bisa dikeluarkan cepat kok,” dan masih banyak narasi lain yang muncul yang disaksikan anak-anak kita yang merusak karakter anak dalam mengenal dan menerapkan pancasila.

Jadi, jangan dulu ber-PMP kalau kita, generasi yang lebih tua, termasuk para pejabat, dan politisi hanya memberikan contoh bejat bagi generasi setelah kita. Jadikan diri kita seperti yang dipesankan oleh Bung Karno, hiduplah dalam gotong royong untuk bangsa dan negara Indonesia, bukan keluarga, kelompok dan golongan semata.[]

Oleh Komarudin Watubun

Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI Perjuangan, Anggota DPR RI Dapil Papua

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement