JAKARTA - Mitigasi bencana alam di Indonesia saat ini dinilai masih lemah. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Sodik Mudjahid. Menurutnya, lemahnya mitigasi bencana terlihat dari jumlah korban dalam setiap bencana yang terbilang banyak, karena tidak terantisipasi.
"Lemahnya mitigasi. Kita selama ini belum menjadikan mitigasi sebagai prioritas," kata Sodik saat berbincang dengan Okezone di Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Ia mengungkapkan, Fraksi Gerindra di Komisi V DPR bahkan walkout dalam pembahasan APBN 2019 karena anggaran untuk alat deteksi dini bencana yang diusulkan pemerintah jumlahnya sangat tidak memadai.
Sementara itu, sambung dia, Fraksi Gerindra di Komisi VIII DPR menggagas paradigma baru penanganan bencana di Indonesia melalui penguatan sistem mitigasi bencana. Paradigma baru ini diklaimnya telah disetujui pemerintah dan fraksi lainnya.
"Paradigma baru ini dicirikan oleh penggunaan teknologi deteksi dini yang modern dan memadai jumlahnya, edukasi dan diklat paham waspada secara masif dan sistematis," terangnya.
Ketua DPP Partai Gerindra ini menambahkan, paradigma baru mitigasi bencana ini akan mengakomodir pengaturan tata ruang penggunaan lahan yang aman untuk mencegah kerusakan lingkungan. Selain itu, konstruksi bangunan yang tahan bencana juga menjadi perhatian.
"Kita selama ini prioritas kepada tanggap darurat bukan kepada mitigasi," tandasnya.
(Rizka Diputra)