Ribuan Warga Mengungsi
Yunus, seorang pekerja media di Makassar, terjebak di rumahnya setelah hujan mengguyur selama dua hari-dua malam berturut-turut.
"Iya, terisolasi," ungkap Yunus saat dihubungi BBC, "Listrik mati, air enggak ada. Susah kan orang. Makanan susah, orang enggak bisa keluar cari makanan."
Sebenarnya rumahnya tak tergenang air. Namun, akses keluar dari rumah tempatnya tinggal terputus akibat banjir yang menggenangi wilayah di sekitar kompleks perumahannya. Akibatnya, ia tak bisa beraktivitas.
"Kebetulan tempat kompleks saya agak tinggi, terus sekelilingnya itu rendah, juga ada sungai, ada aliran rawa-rawa. Nah, itu yang meluap airnya, meluap sungainya," ujar Yunus.
Rumahnya yang terletak di Kecamatan Manggala, Kota Makassar, berdekatan dengan aliran Anak Sungai Tallo, yang kerap meluap akibat intensitas hujan tinggi. Yunus memutuskan untuk mengungsi sementara ke rumah sanak keluarganya.
Nasib yang menimpa Yunus juga diderita ribuan warga dari sembilan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan. Sebagian dari rumah warga ada yang terendam sampai lebih dari dua meter.
Hingga Rabu 23 Januari, BPBD Sulsel mencatat lebih dari 1400 bangunan terendam, 25 di antaranya rusak berat.
Upaya untuk perbaikan berbagai fasilitas dan infrastruktur baru akan dilakukan setelah status tanggap darurat diangkat.
"Pada saat tanggap darurat sudah selesai, kita akan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi," kata staf Pusdalops BPBD Sulsel, Hasriadi.
Penyebab Banjir yang Semakin Parah di Sulsel
Banjir di Sulawesi Selatan, diakui Kabiro Humas Pemprov Sulawesi Selatan, Devo Khaddafi, merupakan bencana tahunan yang menerjang sejumlah wilayah di provinsi tersebut.
"Sebenarnya rutin. Tapi itu tadi, yang saya ngeh kan dia cuma per spot-spot saja. Tidak pernah yang sampai satu kabupaten yang mengungsi 2.000 lebih orang," kata Devo heran.
Ia menjelaskan perlunya perbaikan di beberapa daerah aliran sungai (DAS) di sejumlah wilayah yang sudah berada dalam kondisi sangat kritis, seperti Sungai Jeneberang di Gowa dan Sungai Kelara di Jeneponto.
Devo juga menyebut adanya masalah di hulu sungai yang kemungkinan menjadi faktor utama semakin parahnya banjir yang terjadi tahun ini.
"Ada beberapa pengrusakan-pengrusakan yang berada di area hulu, sehingga ini juga akan menjadi perhatian pemerintah kabupaten dan provinsi untuk segera menangani kawasan-kawasan yang kritis ini, agar di tahun depan hal seperti ini bisa dicegah," ujarnya.
Devo tidak menyebut siapa pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan di hulu sungai. "Kalau sejauh ini, karena di Sulsel hampir dapat dikatakan pembalakan liar yang mungkin dilakukan oleh masyarakat. Tapi, kami belum mendapatkan informasi yang lebih detil lagi terkait hal itu," jelasnya.