''Secara langsung gempa 2010, memang tidak berdampak pada daerah Bengkulu. Namun getaran gempa dirasakan cukup kuat di beberapa daerah seperti Mukomuko, Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu,'' sampai Sabar.
Berdasarkan catatan sejarah gempa di masa lalu, jelas Sabar, zona megathrust Mentawai-Pagai ini pernah mencatat sejarah kelam dengan terjadi gempa dahsyat pada tahun 1883, dengan kekuatam M=9,0. Dampaknya, tidak hanya sekitar wilayah Sumatera Barat, melainkan wilayah lain ikut terdampak. Seperti, Bengkulu. Dampak gempa tersebut menimbulkan gelombang tsunami di provinsi berjuluk ''Bumi Rafflesia''.
Baca juga: 15 Rumah, Gereja, dan Sekolah Rusak Akibat Gempa Mentawai
Sabar menyampaikan, akhir-akhir ini segmen Mentawai-Pagai kembali menunjukkan eksistensinya. Pada Sabtu 2 Februari 2019, terjadi gempa dengan kekuatan M=6,1 pada bagian paling utara segmen ini. Intensitas gempa maksimum mencapai IV-V MMI dirasakan di Mentawai. Intensitas IV-V MMI ini berpotensi mengakibatkan kerusakan pada perabot rumah tangga. Frekuansi gempa susulannya pun cukup tinggi, dalam tiga hari gempa susulan mencapai 116 kali.
''Gempa itu dirasakan di beberapa tempat di Provinsi Bengkulu. Seperti Mukomuko, Kota Bengkulu bahkan hingga ke Kabupaten Kepahiang,'' sampai Sabar.
Jadikan Evakuasi Mandiri sebagai Budaya
Sabar mengatakan, sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan zona seismik aktif, masyarakat Bengkulu musti selalu dan dituntut membudayakan siaga bencana. Sebab, secara alamiah baik segmen Mentawai maupun segmen Enggano terus melepas energi gempa baik dalam bentuk gempa kecil maupun gempa besar.