Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ada Ribuan Anak Eks Anggota ISIS di Irak dan Suriah, Bagaimana Menanganinya?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 23 Februari 2019 |08:12 WIB
Ada Ribuan Anak Eks Anggota ISIS di Irak dan Suriah, Bagaimana Menanganinya?
Seorang perempuan Prancis dengan anaknya di sebuah kamp Suriah bagian utara. (AFP)
A
A
A

Tanya Lokshina, direktur Human Rights Watch untuk Eropa dan Asia Tengah mengatakan kepada Bloomberg pada permulaan bulan Februari bahwa ini adalah "program paling aktif, mengembalikan orang yang dipenjarakan dari Irak dan Suriah."

Tetapi di negara-negara lain, keluarga harus berjuang untuk mendapatkan cucu atau keponakan mereka dari Irak dan Suriah.

Di Belgia, seorang perempuan bernama Fatiha mengatakan kepada Washington Post bahwa dia siap menerima enam cucunya yang masih kecil.

Inggris telah mencabut kewarganegaraan Shamima Begum ibu seorang bayi laki-laki.

Meskipun demikian mereka tetap berada di kamp di Suriah bagian utara, sementara pemerintah Belgia berusaha mencegah ibu mereka untuk kembali.

Seperti sejumlah negara lain, termasuk Rusia, Belgia menyatakan siap menerima anak kecil tetapi kemungkinan besar menolak orang tua mereka.

Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid mengusulkan Inggris - yang menurut ICSR baru mengembalikan empat anak sampai bulan Juli 2018 - untuk menerapkan kebijakan yang sama ketika dia menegaskan pencabutan kewarganegaraan Begum tidak berlaku bagi anak laki-lakinya yang baru lahir.

"Anak-anak seharusnya tidak menderita, jadi jika orang tua kehilangan kewarganegaraan Inggris ini tidak mempengaruhi anak mereka," katanya.

Tetapi Save the Children memperingatkan memisahkan anak dari ibu mereka juga dapat merusak.

"Kami meyakini kepentingan terbaik anak yang harus diprioritaskan dan ini berarti anak dan ibu seharusnya tetap bersama sebisa mungkin," kata McNeill.

Sejumlah negara mulai mengubah posisinya.

Prancis baru saja merepatriasi anak kasus per kasus, tetapi negara itu menyatakan sekarang sedang mempertimbangkan untuk memproses anggota ISIS di negaranya.

Apakah berbahaya mengembalikan anak-anak?

Kemungkinan itu ada, kata Gina Vale, salah satu penulis kajian ICSR.

"Anak-anak, terutama anak laki-laki telah mengalami indoktrinasi dan pelatihan perang dan militer intensif di dalam wilayah ISIS sejak sangat kecil," katanya.

(Baca Juga : Remaja Putri Anggota ISIS Mohon Inggris Tak Cabut Kewarganegaraannya)

Meskipun demikian, kekhawatiran ini seharusnya ditangani satu per satu. Tambahan lagi, dia memperingatkan tidak membawa pulang anak kemungkinan akan lebih buruk dalam jangka panjang.

"Bagi bayi ISIS dan anak yang lebih tua begitu dikaitkan dengan ISIS, stigmatisasi dan pengasingan masyarakat dapat menciptakan perasaan tercabut dan berbagai keluhan, yang jika tidak ditangani dengan baik, berkemungkinan memicu radikalisasi orang yang rentan di masa depan," katanya.

"Adalah sangat penting bagi pemerintahan asing, termasuk Inggris, untuk melakukan kewajiban mereka memelihara warganya dan menerapkan pendekatan berdasarkan hak asasi manusia terkait dengan repatriasi dan rehabilitasi.

(Baca Juga : Indonesia Tak Tutup Kemungkinan Terima Kembali Mantan Anggota ISIS)

"Tanpa hal ini, terdapat risiko serius berlangsungnya atau bahkan memburuknya siklus kekerasan jihadis, radikalisme dan ketidakstabilan generasi selanjutnya," kata Vale.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement