Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

BMKG: Gempa Solok Selatan Dipicu Sesar Aktif yang Belum Terpetakan

Arie Dwi Satrio , Jurnalis-Jum'at, 01 Maret 2019 |09:52 WIB
BMKG: Gempa Solok Selatan Dipicu Sesar Aktif yang Belum Terpetakan
Kerusakan akibat gempa Solok Selatan, Sumatera Barat. (Foto: Rus Akbar/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Pada Kamis 28 Februari 2019, pukul 06.27.05 WIB, wilayah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, diguncang gempa tektonik. Hasil pemutakhiran parameter menunjukkan gempa ini memiliki kekuatan magnitudo 5,3.

Episenter gempa terletak di titik koordinat 1,4 lintang dan 101,53 bujur timur atau tepatnya berlokasi di darat dengan jarak 36 kilometer arah timur laut Kota Padang Aro, Solok Selatan, pada kedalaman 10 km.

"Gempa Solok Selatan ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan dan belum diketahui namanya," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Dr Daryono dalam keterangannya, Jumat (1/3/2019).

(Baca juga: Pascagempa Solok Selatan, Pemkab Tetapkan Status Tanggap Darurat)

Ia menuturkan, pemicu gempa ini diduga berasal dari percabangan (splay) Sesar Besar Sumatera (The Great Sumatera Fault Zone), mengingat lokasi episenter gempa tersebut terletak sejauh 49 km di sebelah timur jalur Sesar Besar Sumatera, tepatnya dari Segmen Suliti.

Daryono mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip).

"Jika memerhatikan peta geologi di lokasi episenter, tampak terlihat adanya pola kelurusan yang berarah barat laut-tenggara. Mengacu orientasi ini maka dapat dikatakan bahwa mekanisme gempa Solok Selatan berupa sesar geser dengan arah pergeseran menganan (dextral-strike slip fault)," tutur Daryono.

Dampak gempa di Solok Selatan. (Foto: BNPB)

Ia mengatakan, guncangan akibat gempa ini dirasakan di Solok Selatan dengan skala intensitas V-VI MMI, Kota Padang III-IV MMI, Painan dan Padang Panjang II-III MMI, Payakumbuh Limapuluh Kota II MMI, dan Kepahyang I MMI. Berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Solok Selatan, lebih dari 343 rumah rusak dan sedikitnya 48 orang terluka akibat gempa ini.

"Catatan sejarah gempa besar di Segmen Suliti tidak banyak, tetapi pada bagian selatan Segmen Suliti yang berdekatan dengan Segmen Siulak dalam catatan sejarah pernah terjadi dua kali gempa dahsyat, yaitu Gempa Kerinci 1909 (magnitudo 7,6) dan 1995 (magnitudo 7,0)," ujarnya.

(Baca juga: Update Korban Gempa Magnitudo Solok Selatan: 48 Orang Terluka)

Daryono menuturkan, salah satu peristiwa gempa dahsyat di perbatasan Sumatera Barat, Bengkulu, dan Jambi adalah gempa merusak yang terjadi pada 4 Juni 1909, sekira tujuh tahun setelah wilayah ini diduduki Hindia-Belanda.

Gempa tektonik yang dipicu akibat aktivitas Sesar Besar Sumatera, tepatnya di Segmen Siulak, ini berkekuatan magnitudo 7,6. Gempa tersebut menjadi gempa darat paling kuat yang mengawali abad ke-20 di Hindia-Belanda. Peristiwa gempa dahsyat ini banyak ditulis dan diberitakan dalam berbagai surat kabar Pemerintah Hindia-Belanda saat itu.

Dampak gempa di Solok Selatan. (Foto: Rus Akbar/Okezone)

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement