“Air sungai ini meluap bukan kali ini saja dan 2019 ini saja sudah tiga kali meluap dan penyebabnya karena di bawah jembatannya sering menghalani aliran air yang memang menghayutkan ranting pohon dan batang kayu dari hulu,” katanya.
Menghindari air sungai kembali meluap, sejak Kamis (7/3) dan Jumat (8/3) , warga dibantu petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng membantu mengangkut potongan kayu dan bambu yang menyumbat di bawah jembatan. Penanganan ini tidak optimal, karena masih banyak potongan kayu dan rumpun bambu yang masih tertahan di bawah jembatan. Pihaknya pun berharap, pemerintah daerah membantu alat berat untuk membersihkan sumbatan aliran sungai itu.
Mertayasa mengaku, permasalahan ini sudah berkali-kali dilaporkan ke instansi berwenang di kabupaten dan provinsi. Hanya saja, laporannya yang lengkap dengan proposal tidak mendapat penanganan. Setelah dikoordinasikan, ternyata aset jembatan itu milik Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Raktar (PUPR), sehingga kebupaten dan provinsi tidak memprogramkan perbaikan dengan permanen.
“Kalau tidak ada penanganan permanen sampai kapanpun masalah ini akan terus terulang di daerah kami, sehingga kami meminta pengambil kebijakan serius memperhatikan masalah ini, sehingga tuntas dan tidak menjadi persoalan terulang,” tegasnya.
(Khafid Mardiyansyah)