Untuk sektor pertanian masih belum optimal karena stok pangan kita masih belum terjamin padahal laporan di Bulog 2018 lalu ada 2,4 juta ton beras tapi pemerintah masih mengimpor 2 juta ton beras. Padahal pada 1984 lalu kita sempat jadi swasembada pangan. Kita punya stok 2 juta ton di gudang. Padahal 2015 kita mengimpor hanya 1 juta ton.
Selain itu, sektor kelautan kita cukup besar tapi 2018 kita baru sumbang 30 persen Gross Domestic Product (GDP). Padahal potensi pendapatan di laut mencapai 1,3 triliun dolar AS pertahun.
Pada kuartal ke-III 2018 lalu pedapatan di laut hanya 7,11 persen. Padahal Indonesia memiliki laut yang luas dan 17.499 pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Sementara, sektor pendidikan dan kesehatan lebih menjadi skala prioritas. Pada tahun ini anggaran pendidikan cukup besar Rp 497,9 triliun nyaris tembus Rp500 triliun. Tapi kualitas pendidikan kita masih jauh. Peringkat universitas kita saja hanya mampu masuk 200 besar dunia.
Di Asia saja, Universitas Indonesia hanya bisa tembus diperingkat 54, tahun lalu 54. Institut Teknologi Bandung bertengger diposisi 73 Asia, tahun lalu 65. Sedangkan, Universitas Gadjah Mada masuk dalam peringkat 74 Asia, tahun lalu 85.
Dalam daftar peringkata dunia QS World University Ranking, Universitas Indonesia (UI), di posisi 292, Institute Teknologi Bandung (ITB), di posisi 359 dan UGM peringkat 391 dunia.
Dengan anggaran sebanyak itu, setidaknya UI bisa tembus 100 besar dunia.
Untuk 5 persen anggaran Kesehatan dari APBN yakni Rp 121,9 Triliun. Tapi BPJS masih belum optimal. Lantaran Rp73 triliun dana BPJS diinvestasikan ke infrastruktur.