Sekitar 400.000 orang tewas dan lebih dari sepertiga dari 12 juta warga Sudan Selatan di negara itu terpaksa mengungsi, memicu krisis pengungsi terburuk di Afrika sejak genosida Rwanda 1994.
Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan pada September yang menyerukan faksi-faksi saingan utama untuk berkumpul, menyaring dan melatih pasukan masing-masing untuk menciptakan tentara nasional sebelum pembentukan pemerintahan persatuan bulan depan.
Dalam pidatonya yang dipersiapkan sebelumnya pada Kamis, Paus Fransiskus mengatakan bahwa rakyat Sudan Selatan kelelahan akibat perang dan para pemimpin memiliki tugas untuk membangun negara muda mereka dalam keadilan. Dia juga mengulangi keinginannya untuk mengunjungi negara itu bersama dengan para pemimpin agama lainnya untuk memperkuat perdamaian.
(Rahman Asmardika)