KERUSAKAN lingkungan disebut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai salah satu pemicu banjir dan longsor di Bengkulu.
Bencana alam yang terjadi saat ini dianggap sebagai yang terburuk di Bengkulu dalam belasan tahun terakhir.
Walau terdapat fakta pembukaan pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit di beberapa titik di provinsi itu, sejumlah kalangan menyangkal aktivitas tersebut memicu banjir.
Sirajon, warga Desa Arga Mulya, Bengkulu Selatan, mengambil langkah seribu saat arus deras air masuk ke rumahnya yang berjarak 50 meter dari bibir sungai, akhir pekan lalu.
Banjir ini disebut Sirajon yang terbesar yang pernah melanda desanya. Menurutnya, kejadian ini berkaitan dengan perkebunan sawit yang belakangan di buka sekitar dua kilometer dari Arga Mulya.
"Saya di desa ini sejak 2003. Sebelumnya pernah terjadi tahun 2012, tapi hanya menggenangi jalan," kata Sirajon saat dihubungi, Selasa (30/04).
"Dampak hujan mungkin karena intensitas hujan tinggi, tapi di sini juga ada perkebunan sawit sehingga hutan untuk menghambat air sudah tidak seperti dulu lagi," tuturnya.
Banjir ini juga menimpa Yessi Ameilia Safitri, warga kelurahan Tanjung Agung, yang berjarak sekitar 230 kilometer dari Arga Mulya. Ia berkata, selama ini banjir tak pernah masuk ke rumahnya yang lebih tinggi ketimbang jalan raya.