Saat ini lanjut Gus Nabil, telah terjadi disorientasi makna terhadap kata ulama. Ulama, lanjut Gus Nabil, adalah pendamping masyarakat yang berfungsi menjadi tempat untuk mengadu dan pemberi solusi atas permasalahan-permasalahan dalam berbangsa dan negara. “Bukan malah menjadikan umat sebagai komoditas politik untuk memuaskan kepentingan-kepentingan politik pribadinya,” kata dia.
“Ulama itu nadrul ummah bi ainirrahmah, memandang umat dengan pandangan kasih sayang, bukan memandang dengan pandangan yang garang, apalagi menggunakan diksi-diksi yang provokatif yang berpotensi memecahbelah persatuan bangsa,” tuturnya.
Dirinya juga mengimbau masyarakat agar tidak terombang-ambing oleh isu-isu yang berkeliaran pasca-pilpres dan senantiasa sabar untuk terus mengawal rekapitulasi suara yang dilakukan KPU.
"KPU sudah bekerja keras dan banyak orang yang telah menyerahkan jiwa raganya demi keberlangsungan hajat demokrasi negara ini, jangan sampai dengan kengawuran kita dalam berbicara menjadikan perjuangan mereka sia-sia. Kita tidak cuku hanya berakal sehat, kita juga harus tetap menjaga kewarasan agar tidak mudah terbawa arus yang dihembuskan mereka yang tidak siap menerima kekalahan,” ujarnya.
(Rizka Diputra)