KINSHASA - Wabah ebola yang melanda Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) dilaporkan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, menjadikannya wabah ebola paling mematikan dalam sejarah. Tingginya angka kematian itu juga disebabkan banyaknya kendala yang dialami dalam upaya penanganan wabah.
Wakil direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Michael Ryan mengatakan ketidakpercayaan dan kekerasan yang terjadi merusak upaya untuk mengatasi wabah ebola saat penyakit itu menyebar ke bagian timur RD Kongo.
Ryan mengatakan bahwa ada 119 serangan yang terdokumentasi terhadap pusat dan staf medis sejak Januari.
Dalam keterangan pers di Jenewa, dia mengatakan bahwa staf WHO mengantisipasi "kelanjutan penularan yang intens".
Petugas kesehatan memiliki banyak vaksin - lebih dari 100.000 orang telah diberikan perawatan. Tetapi berlanjutnya kekerasan di bagian timur RD Kongo di mana milisi bercokol, serta ketidakpercayaan terhadap dokter, menghambat program mereka.