Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Masjid Tanpa Tembok di Karanganom Klaten

Agregasi Solopos , Jurnalis-Sabtu, 11 Mei 2019 |16:33 WIB
Kisah Masjid Tanpa Tembok di Karanganom Klaten
Masjid Joglo Baitul Ma'mur di Tepi Jalan Raya Penggung-Jatinom, Desa Kunden, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah (foto: Taufiq Sidik Prakoso/Solopos)
A
A
A

KLATEN - Orang-orang tiduran di antara tiang penyangga bangunan Masjid Joglo Baitul Ma’mur, Dukuh Tegalsari, Desa Kunden, Kecamatan Karanganom, Klaten usai menunaikan Salat Dzuhur berjemaah.

Sejuknya angin yang berembus dari berbagai sisi masjid ditambah lantai keramik masjid yang adem kontras dengan suasana di luar masjid yang panas oleh teriknya matahari, Kamis 9 Mei 2019 siang.

Masjid Joglo Baitul Ma’mur berada di tepi jalan raya Penggung-Jatinom berbatasan dengan areal persawahan. Arsitektur masjid tersebut berbeda dibanding masjid pada umumnya. Tak terlihat kubah di atap masjid.

Baca Juga: Ritual Warga Semarang Bersih-Bersih Masjid di Bulan Ramadan 

Bangunan berupa joglo beratap genting yang mayoritas sisinya terbuka alias tanpa tembok. Sisi barat menjadi satu-satunya sisi bangunan yang tertutup gebyok serta sekat untuk mimbar dan ruang imam.

Tiang penyangga menjadi penopang bangunan yang mayoritas berbahan kayu jati itu. Lampu gantung terpasang di dalam masjid menambah kesan klasik. Kentongan dan bedug tak sekadar menjadi penghias lantaran ditabuh pengurus masjid sebelum azan dikumandangkan.

Masjid itu didirikan seorang warga bernama Karyawan Hari Susetyo (60), pensiunan pegawai PT. Taspen yang kini menetap di Dukuh/Desa Kunden. Hari sudah mewakafkan tanah beserta bangunan masjid tersebut untuk kepentingan umum.

Ditemui Solopos.com di rumahnya, Hari menceritakan pada 2006 lalu ia membeli tanah di tepi jalan raya Penggung-Jatinom. Sejak awal, ia sudah berniat membeli tanah untuk didirkan sebuah masjid.

“Tujuan saya mendirikan masjid simpel. Memfasilitasi para musafir. Yang saya tahu dari Jatinom sampai Penggung itu tidak ada masjid di pinggir jalan yang terbuka,” katanya.

Pada Juli 2015 atau selang lima bulan setelah ia pensiun, Hari mulai merealisasikan niatannya membangun masjid dengan konsep dan biaya sendiri. Pilihannya dengan konsep bangunan adat Jawa lantaran sesuai dengan asal usulnya yang merupakan orang Jawa serta tak ada petunjuk dari manapun soal keharusan bentuk masjid.

Bangunan Masjid Joglo didirikan Hari di tanah seluas 1.030 meter persegi. Selama empat bulan proses pembangunan berjalan. Untuk membangun masjid berbentuk joglo, Hari mengeluarkan, biaya sekira Rp600 juta.

Hari mengatakan, ada filosofi dari berbagai sisi bangunan masjid tersebut selain bentuknya yang unit. Ukuran bangunan 17 meter x 17 meter serta jumlah tiang lampu yang mengelilingi pagar masjid berjumlah 17 unit memiliki filosofi tersendiri. Angka 17 disesuaikan dengan jumlah total rakaat salat wajib dalam satu hari.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement