Dia menyuruh para pemuda bersenjatakan parang itu untuk memaafkan pastor tersebut. Ketegangan pun mereda, yang mendorong kepala kepolisian berterima kasih kepadanya.
Contoh lainnya terjadi di Kumasi pada 2016. Kala itu, seseorang tewas ditembak dalam perseteruan soal permakaman.
Perseteruan bermula saat para tetua adat setempat ingin komunitas Muslim memberikan bukti bahwa mereka memiliki sebidang lahan permakaman untuk mengubur jenazah.
Para pemuda Muslim tidak terima dan menampar tetua adat komunitas Tafo. Aksi itu adalah sebuah tabu di Ghana yang harus diselesaikan dengan jalan perang.
Mendengar pertikaian itu, Sheikh Sharubutu langsung bertolak ke sana. Menurut juru bicaranya, sang Sheikh berkunjung ke kediaman ketua suku dan tanpa berbicara satu patah kata pun, dia meredakan situasi dengan gerak tubuh nan santun.
Itu adalah kali kedua Sheikh Sharubutu menangani sengketa permakaman.
Pada 2012, jenazah seorang imam digali dari makam dan dibuang ke tepi jalan oleh sebuah komunitas yang merasa umat Muslim seharusnya tidak menguburkan jenazah di permakaman itu.
Sheikh Sharubutu bertolak ke daerah tersebut dan merundingkan perdamaian sehingga kawasan itu tidak dilanda huru-hara.
'Saya membaca tanpa gawai'