Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Perempuan-Perempuan Pakistan Dijadikan Budak Seks di China dengan Kedok Pernikahan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 16 Mei 2019 |04:23 WIB
Perempuan-Perempuan Pakistan Dijadikan Budak Seks di China dengan Kedok Pernikahan
Foto BBC
A
A
A

Sebuah rumah di Lahore

Sophia mulai merasa tidak nyaman dengan pernikahannya sebelum hal itu terjadi. Ia harus menjalani tes medis sebelum resmi dilamar, lalu sang perantara mendorongnya agar cepat-cepat menikah.

"Keluarga saya tidak nyaman karena merasa terburu-buru, namun si perantara mengatakan China akan membayar seluruh biaya pernikahan kami," katanya. Keluarga pun menyerah.

Seminggu kemudian ia berada di sebuah rumah di Lahore bersama beberapa pasangan pengantin baru yang sedang menunggu dokumen perjalanan mereka untuk diproses. Para perempuan Pakistan ini menghabiskan sebagian besar waktu mereka belajar bahasa China.

Pada titik inilah ia mengetahui bahwa suaminya bukan seorang Kristen, dan ia juga tidak berminat untuk berkomitmen terhadap dirinya. Mereka hampir tidak bisa berkomunikasi karena kendala bahasa, tetapi ia berulang kali menuntut hubungan seks.

Sophia memutuskan untuk pergi setelah berbicara dengan seorang temannya yang telah pindah ke China untuk menikah. Ia mengatakan kepada Sophia bahwa ia dipaksa berhubungan seks dengan teman-teman suaminya,

Namun saat Sophia mengungkapkan isi hatinya kepada sang perantara, ia sangat marah. Si perantara mengatakan orang tuanya harus membayar kembali biaya pernikahan, termasuk biaya yang dibayarkan kepada pendeta setempat untuk mengatur perjodohan dan melakukan upacara pernikahan.

Orang tuanya menolak untuk membayar kembali dan pergi ke Lahore untuk menyelamatkannya. Sang perantara akhirnya menyerah.

Meski baru-baru ini polisi memusatkan perhatian dan melakukan penggerebekan terhadap perdagangan perempuan-perempuan muda Kristen yang miskin, namun BBC menemukan bahwa komunitas Muslim juga terpengaruh.pernikahan

Seorang perempuan Muslim dari lingkungan miskin di Lahore yang pergi ke China bersama suaminya pada bulan Maret mengatakan, ia harus menghadapi penganiayaan fisik berulang-ulang karena ia menolak tidur dengan "beberapa pengunjung yang mabuk".

"Keluarga saya cukup religius, jadi mereka menyetujui lamaran itu karena mereka membawa pendeta yang ada di lingkungan kami," tutur Meena (bukan nama sebenarnya).

"Namun begitu sampai di China, saya mendapati suami saya ini bukan seorang Muslim. Bahkan ia tidak menganut agama apa pun. Ia mengolok-olok saya ketika saya berdoa."

Ketika ia menolak berhubungan seks dengan pria-pria atas perintahnya, ia dipukuli dan diancam.

"Ia mengatakan telah membeli saya dengan uang dan saya tidak punya pilihan selain melakukan apa yang ia perintahkan; dan jika saya tidak melakukannya, maka ia akan membunuh saya dan menjual organ tubuh saya untuk mendapatkan kembali uangnya."

'Beberapa penjahat'

Meena diselamatkan pada awal Mei oleh otoritas China atas permintaan pejabat kedutaan Pakistan yang telah diperingatkan oleh keluarganya.

Seorang pejabat senior FIA di Faisalabad, Jameel Ahmed Mayo, mengatakan kepada BBC bahwa para perempuan yang dianggap "tidak cukup baik" untuk perdagangan seks berisiko diambil organ tubuhnya.

FIA belum memberikan bukti untuk menguatkan tuduhan itu dan Beijing dengan tegas membantah praktik seperti itu terjadi.

"Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Kementerian Keamanan Publik China, tidak ada prostitusi paksa atau penjualan organ manusia di kalangan perempuan Pakistan yang tinggal di China setelah menikah dengan laki-laki asal China," sebut sebuah pernyataan kedutaan besar China di Islamabad.

Namun, hal itu menekankan bahwa penyelidikan bersama dengan pihak berwenang Pakistan sedang berlangsung, menambahkan: "Kami tidak akan pernah membiarkan beberapa kriminal merusak persahabatan antara China dan Pakistan atau melukai perasaan persahabatan antar kedua negara."

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement