Ahmad mengaku semenjak adanya masjid tersebut, kondisi di lingkungannya mengalami perubahan positif, baik membaik kondisi sosial maupun perekonomian. "Alhamdulillah, kita mudah untuk melaksanakan salat berjamaah, masjid ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi karena bentuk mesjidnya sangat unik," ucapnya.
Hal senada Imron, seorang pengemudi ojek online yang bermukim di kawasan tersebut mengatakan, pada awalnya tempat mabuk-mabukan, judi bahkan tidak menutup kemungkinan tempat tersebut dijadikan berzinah.
"Dulu tempat tempat ini tempat judi, tempat mabuk. istilahnya disini juga jablay pada ngayab, Alhamdulillah, semenjak ada masjid semuanya berubah," ujarnya.
Dari berbagai persoalan itulah, membuat sang pewakaf sekaligus pendiri berinisiatif meminta izin dengan pihak terkait untuk membangun sebuah masjid bergaya tiga unsur budaya bergaya Tionghoa seperti Klenteng, Arab, dan Indonesia.
Saat Okezone memasuki masjid tersebut, unsur-unsur tiga budaya itu nampak jelas di masjid yang tidak memiliki kubah itu, seperti di bagian genteng dan pintu masjid mewakili budaya Cina, sedangkan untuk unsur budaya Indonesia diwakili sebuah ukiran yang ada pada ujung atap, sedangkan unsur budaya Arab terdapat kaligrafi bertuliskan Asmaul Husna di dinding masjid.