(Baca Juga: Masjid Lautze, Pusat Dakwah & Pembinaan bagi Para Mualaf Tionghoa)
Sehingga jika dilihat sepintas, orang tidak akan menyangka bahwa banguan tersebut merupakan tempat ibadah kaum muslim. Sebab, jika dilihat dari luar bangunan tersebut nampak seperti tempat ibadah kaum Khonghucu atau disebut Klenteng.
Keunikan selanjutnya dari masjid tersebut adanya panduan berwudhu dan pelaturan masjid menggunakan tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Cina dan Indonsia. Hal tersebut untuk memudahkan di mengerti turis yang ingin menyempatkan ibadah di masjid yang memiliki warna khas hijau dan merah itu.
Alun alias Muhammad Yusuf Hamka berharap agar inspirasinya itu dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
(Arief Setyadi )