Selanjutnya perubahan iklim, dinamika geopolitik global juga telah memicu uncertainty. Persoalan yang dihadapi juga semakin kompleks, sehingga mahasiswa dituntut harus berpikir sistem secara komprehensif.
“Selain itu, perubahan yang terjadi juga semakin tidak familiar yang menyebabkan situasi ambigu. Untuk itu, para pemimpin mahasiswa harus berorientasi masa depan dengan mempertimbangkan VUCA tersebut,” ujarnya.

Dia menyebutkan, ada lima kompetensi utama yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan, yakni complex-problem solving, critical thinking, creativity, communication dan collaboration.
“Era disrupsi saat ini menuntut mahasiswa menjadi powerful agile learner agar tidak terus terjebak pada masa lalu (escape from the past), dan sebaliknya harus mampu menemukan masa depan (to invent the future). Karena itu dalam kongres kebangkitan mahasiswa Indonesia saat ini perlu dipikirkan bagaimana reformulasi dan revitalisasi model gerakan mahasiswa Indonesia agar gerakan mahasiswa adaptif terhadap perubahan dan tantangan bangsa ke depan,” ucapnya.
(Qur'anul Hidayat)