Hasan Basri yang merupakan generasi kelima dari cikal bakal Dukuh Pinggir mengatakan Masjid Tiban itu merupakan peninggalan wali. Basri, sapaan akrabnya, saat ditemui Solopos di kediamannya, tidak mendapat cerita detail kapan munculnya Masjid Tiban itu.
Dengan merujuk cerita turun-temurun dari simbah Basri yang menyebut peninggalan wali itu patut diduga munculnya Masjid Tiban itu yakni pada masa hidupnya Kiai Nawawi, yakni abad ke-18.
“Sisa Masjid Tiban itu tinggal kayu dan beduk. Kayunya digunakan untuk rangka struktur atap di Musala Baitul Makmur. Kalau beduknya berada di masjid wilayah Ngasinan, Jagaraga, Ngawi, Jawa Timur. Yang membawa beduk itu kakak simbah saya, Mbah Khayat. Di Ngasinan itu dulu ada pondok pesantrennya yang menjadi tempat beduk tetapi sekarang seperti sudah tidak ada pondok pesantrennya. Saya datang ke sana pada 2005 lalu dan beduknya masih digunakan,” ujarnya.
Baca Juga: Kisah Masjid Tanpa Tembok di Karanganom Klaten
Basri mengisahkan, ukuran beduknya relatif kecil karena hanya berdiameter sekitar 1 meter. Beduk itu diletakkan agak rendah dekat lantai supaya tidak ada anak yang bermain di bawah beduk yang masih dianggap keramat itu.
Bari menjelaskan kebun yang dipercaya menjadi tempat masjid tiban itu merupakan tanah hak milik dan sekarang diwakafkan untuk madrasah. Basri sempat menyinggung adanya pasar kawak sekitar 200 meter di arah utara kebun masjid tiban itu.
Petilasan pasar kawak tersisa beberapa batu bata tua yang terpendam di tanah. Selain itu juga ditemukan yoni berukuran 40x40 cm di tengah areal persawahan dekat lokasi pasar kawak.
(Fiddy Anggriawan )