Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Berbeda Etnis, Dua Musuh dalam Perang Sipil Sri Lanka Jatuh Cinta dan Menikah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 13 Juni 2019 |22:01 WIB
Berbeda Etnis, Dua Musuh dalam Perang Sipil Sri Lanka Jatuh Cinta dan Menikah
Gauri, Roshan dan putri mereka Senuli. (Foto: BBC)
A
A
A

Sementara bagi Roshan, peperangan dimulai pada 2004 saat serangan bom pemberontak mengganggu acara Tahun Baru Hindu Sinhala di desa keluarganya di Distrik Vavuniya yang dikuasai separatis.

Roshan yang berusia 14 tahun marah akan pengeboman yang membunuh masyarakat dan tentara sehingga dia mengikuti jejak ayahnya dan saudara-saudaranya untuk bergabung di Departemen Keamanan Sipil.

“Hampir setiap hari kita mendengar kabar tentang serangan,” kata dia sambil menambahkan bahwa dia kehilangan salah satu saudaranya dalam pertempuran. “Orang-orang sangat ketakutan. Keluarga tidak berpergian bersama karena takut akan dibunuh.”

Sebanyak 100.000 orang berpikir bahwa dirinya akan dibunuh sebelum konflik yang usai pada tahun 2009.

Pada 2015, PBB menuduh bahwa kedua belah pihak melakukan pembunuhan yang tidak dibenarkan dalam perang. PBB menyatakan pasukan keamanan Sri Lanka bertanggung jawab akan kejahatan yang mereka lakukan termaksud menyiksa dan kekerasan seksual, dan pasukan pemberontak mengirim anak-anak dan orang dewasa untuk bertempur.

Gauri bertempur lebih dari 1 bulan sebelum komandannya menyadari bahwa dia memiliki penyakit jantung dan membebaskannya. Setelah itu dia menyerahkan diri pada tentara Sri Lanka.

Dia merupakan salah satu dari mantan pasukan pemberontak yang dimasukkan ke program rehabilitasi pemerintahan.

Meskipun sudah diyakinkan tentang alasan perjuangan separatisme, setelah menghabiskan waktu bersama orang-orang Sinhala, Gauri menyadari bahwa mereka adalah manusia, sama sepertinya. Akhirnya dia bergabung dengan departemen keamanan sipil.

Pihak yang berwenang menyiapkan ladang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bagian utara dan salah satunya di Udayankattu yang merupakan tempat Gauri bertemu dengan Roshan, calon suaminya.

Ketika Gauri ditempatkan di sana pada tahun 2013, Roshan selalu ada untuknya selama setahun. Dia sangat sedih karena tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat Tamil.

Bekerja sama dengan Gauri yang menjadi penerjemahnya telah mengubah hidup Roshan.

“Dia pasti merasa kesepian” kata Gauri. “Saya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja, jadi saya membawakannya makanan buatan saya.”

Akhirnya, perasaan mereka pun menjadi jelas.

“Saya mencintai dirinya lebih dari ibunya pernah lakukan” kata Gauri.

“Ketika saya pergi, Gauri menangis,” kata Roshan. “dia bahkan ingin memastikan bahwa dia punya uang yang cukup.”

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement