NIEUWEGEIN - Tim penyelidikan yang dipimpin Belanda pada Rabu (19/6/) mengatakan tiga warga Rusia dan seorang warga Ukraina menjadi tersangka dalam kasus penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines MH17 di atas wilayah Ukraina hampir lima tahun lalu.
Tiga warga Rusia, yakni Igor Girkin, Sergei Dubinsky dan Oleg Pulatov, dan seorang warga Ukraina Leonid Kharchenko. Semua tersangka diduga anggota separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Jaksa penuntut Belanda Fred Westerbeke mengatakan keempat orang itu bertanggung jawab membawa sistem rudal BUK dari Rusia ke Ukraina timur "meskipun mereka belum menekan tombol itu sendiri."
"Kami tidak akan menuntut ekstradisi karena hukum Rusia dan Ukraina melarang ekstradisi warga negara mereka. Tetapi kami meminta Rusia sekali lagi untuk bekerja sama [karena] banyak pertanyaan yang tidak terjawab," katanya dalam konferensi pers mengutip AFP, Kamis (20/6/2019).
Tim investigasi yang sama mengatakan pada bulan Mei 2018 bahwa rudal anti-pesawat BUK yang menabrak Boeing 777 berasal dari brigade militer Rusia ke-53 yang berbasis di kota Kursk di barat daya.
Baca: Pilot Ukraina yang Dituduh Tembak Jatuh MH17 Tewas Bunuh Diri
Baca: Bantah Tembak Jatuh MH17, Moskow: Tak Ada Sistem Rudal Rusia yang Lintasi Perbatasan Ukraina
MH17 ditembak pada 17 Juli 2014 di atas wilayah yang dikuasai oleh para separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Pesawat sedang terbang dalam perjalanan dari Amsterdam menuju Ibu Kota Malaysia, Kuala Lumpur. Seluruh 298 orang yang ada di dalam pesawat tewas.
Sebagian besar korban tragedi itu adalah warga negara Belanda.
Sebuah tim yang dibentuk pada 2014 oleh Australia, Belgia, Malaysia, Belanda dan Ukraina menemukan bukti bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh dengan menggunakan sebuah peluru kendali Rusia.
Pemerintah Rusia membantah memberikan dukungan apa pun bagi para pemberontak pro-Rusia, yang melawan pasukan pemerintah Ukraina. Rusia juga membantah terlibat dalam penembakan hingga jatuh MH17.
Tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kejatuhan MH17 itu sebagai "tragedi mengerikan" namun mengatakan bahwa Moskow jangan disalahkan dan bahwa ada penjelasan-penjelasan lain soal apa yang terjadi dengan pesawat nahas tersebut.
Pemerintah Belanda dan Australia mengatakan bahwa mereka menganggap Rusia harus bertanggung jawab secara hukum.
(Rachmat Fahzry)