MUZAFFARPUR – Sebanyak 152 anak-anak meninggal setelah wabah demam otak melanda India.
Demam otak atau Sindrom Ensefalitis Akut menyebakan otak meradang.
Wabah mematikan itu terjadi di Muzaffarpur di negara bagian Bihar, wilayah yang saat ini mengalami gelombang panas yang mematikan.
Ensefalitis dikatakan dipicu oleh dehidrasi dan malnutrisi dan juga dikaitkan dengan buah leci.
Laporan menyebutkan jumlah kematian saat bervariasi; beberapa mengatakan 152 sementara yang lain memperkirakan 122 dan 129.
Mengutip Mirror, Selasa (25/6/2019), Bihar mempunyai rekaman statistik kesehatan anak terburuk di dunia.
Wabah serupa menewaskan 350 anak-anak di Muzaffarpur pada 2014, yang menimbulkan pertanyaan mengapa pemerintah negara bagian dan pusat tidak berbuat lebih banyak untuk memerangi penyakit ini.
Baca: Gelombang Panas Tewaskan Sedikitnya 92 Orang di India, Suhu Capai 50 Derajat Celcius
Baca: Empat Waduk Mengering, Kota Chennai di India Dilanda Krisis Air
Sebuah petisi yang diajukan oleh aktivis-pengacara Manohar Pratap menuduh pemerintah tidak bertindak.
"Kami mengeluarkan pemberitahuan kepada pemerintah Bihar untuk meminta tanggapan terperinci," kata Hakim Sanjiv Khanna, seorang hakim Mahkamah Agung.
Petisi, yang dikenal sebagai litigasi kepentingan publik, adalah cara umum bagi warga negara untuk menekan pemerintah negara bagian dan pusat untuk bertindak.
Salinan petisi, dilihat oleh Reuters, mengatakan AES dapat disembuhkan dan kehidupan anak-anak muda hilang karena tidak peran negara.
"Sebagian besar kematian terjadi karena kurangnya fasilitas medis di daerah wabah," isi petisi tersebut.
Baca: Warga India yang Terpaksa Bertahan di Daerah Panas dan Kering Kerontang
Baca: Sekolah di India Cap Lengan Murid karena Telat Bayar Iuran
Pada Senin (24/6/), kementerian kesehatan India menegaskan kembali sebuah janji yang pertama kali dibuat pada tahun 2014 bahwa akan membuka bangsal anak-anak dengan 100 tempat tidur di distrik tersebut.
Para pemimpin India mendapat kecaman karena kurangnya tanggapan mereka.
Kepala Menteri Bihar Nitish Kumar didatangi oleh orang tua yang marah ketika dia mengunjungi rumah sakit untuk pertama kalinya pada Selasa lalu, di mana tiga minggu setelah krisis dimulai.
Pada kunjungan ke distrik itu pekan lalu, beberapa dokter mengatakan kepada Reuters bahwa kematian dapat dicegah dengan perawatan dasar dan pendidikan bagi mereka yang paling berisiko - sebuah simbol ketidaksetaraan yang tumbuh di India.
Perdana Menteri India Narendra Modi tidak membuat pernyataan tentang krisis tersebut, meskipun menteri kesehatannya Harsh Varadhan mengatakan pemimpin India itu memantau situasi.
India, merupakan negara ekonomi terbesar keenam di dunia, memiliki program ruang angkasa sendiri dan kota-kota besar seperti New Delhi dan Mumbai adalah rumah bagi rumah sakit kelas dunia.
Namun, mereka yang berada di Muzzafarpur berada dalam kondisi yang buruk, dengan seringnya pemadaman listrik. Di satu rumah sakit, seorang wartawan Reuters mengunjungi ada bau air seni di koridor dan kambing-kambing liar berkeliaran di halamannya.
(Rachmat Fahzry)