Temui segera Prabowo dan Sandi, ajak sama-sama untuk membangun bangsa dan negara tercinta. Bayangan perpecahan mengingatkan saya ketika melakukan peliputan di Munas Golkar VIII di Pekanbaru, Riau, pada Oktober 2009. Saat itu, Munas melakukan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, yang diperebutkan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.
Kepada saya, saat itu Tim pemenangan Surya Paloh, Enggar Tiasto Lukita sangat yakin bahwa Surya Paloh akan terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar 2009-2015. NAMUN, pada saat Vooting, kenyataan membuktikan Surya Paloh harus mengakui keunggulan Aburizal Bakrie, dengan selisih 56 suara. Surya Paloh saat itu mendapat 240 suara, sedangkan Aburizal Bakrie yang konon waktu itu didukung pemerintah yang berkuasa dengan mengantongi 296 suara.
Yang mau penulis kritisi adalah, Kepengurusan Golkar dibawah kepempinan Aburizal bakrie saat itu. sama sekali tidak memasukan Surya Paloh dan rekan-rekanya, dalam kepengurusan. Konon kekecewaan inilah yang membuat Surya Paloh pada akhirnya mendirikan ormas Nasdem yang kemudian menjadi Partai Nasdem.
Dan menurut penulis ini adalah sebuah kesalahan besar Partai Golkar saat itu karena bagaimanapun Bang Surya adalah Kader Golkar yang sangat berpengaruh.
