BANTUL - BPBD Bantul meminta kepada semua pemerintah desa di Bantul untuk menyisir sumber-sumber mata air yang ada di wilayahnya masing-masing. Sumber mata air tersebut akan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau.
Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto mengatakan penyelesaian kekurangan air bersih saat musim kemarau melalui dropping air hanya sebagai solusi jangka pendek. Namun untuk jangka panjang perlu terobosan kebijakan. Salah satunya adalah dengan optimalisasi sumber-sumber air yang ada di Bantul, khususnya di wilayah yang menjadi langganan kekeringan.
Setelah ada sumber air baik dari mata air maupun air bawah tanah, maka persiapan selanjutnya adalah menyiapkan sumur bor atau jaringan untuk mengalirkan ke pemukiman warga. Sampai pemukiman pun nantinya perlu dibuat penampungan air bersih dari sumber mata air, “Ini sebagai upaya supaya jangan sampai setiap kali kekeringan masyarakat bingung mencari air bersih,” kata Dwi Daryanto, Jumat (28/6).
Bak penampungan air hujan juga diperlukan. Bak tersebut berfungsi sebagai tabungan air hujan yang bisa dimanfaatkan ketika musim kemarau. Tahun ini BPBD Bantul rencananya membangun tiga bak penampungan air hujan sebagai contoh di wilayah Piyungan, Dlingo, dan Pleret. Pembuatan bak penampungan seharga Rp15 juta per satu bak itu diharapkan nantinya bisa ditiru oleh masyarakat.
Lebih lanjut Dwi mengatakan berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Iklim DIY kemaraun tahun ini lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. Musim kemarau kali ini masih akan terjadi sampai September mendatang. beberapa kecamatan yang terdampak adalah Piyungan, Dlingo, Pleret, Imogiri, dan Pundong. Dari kelima kecamatan tersebut terdapat 15 desa yang terdampak.

Namun yang mengajukan dropping air ke BPBD Bantul hanya dari tiga desa, yakni Desa Segoroyoso, Triharjo, dan Terong. Menurut Dwi, yang lainnya tidak mengajukan kemungkinan beli di tempat terdekat atau mengajukan ke lembaga lain. Sebab dropping air tidak hanya dilakukan oleh BPBD namun juga Dinas Sosial, dan sejumlah lembaga swasta.
Selaian optimasilasi sumber mata air dan bak tabungan air hujan, Pemkab Bantul sebenarnya ingin membangun embung untuk menampung air hujan dan limpahan air dari sungai supaya saat kemarau masih ada ketersediaan air untuk lahan pertanian. Namun Pemkab kesulitan mencari lahan yang luas dan terbatasnya dana yang dimiliki sehingga pembuatan embung berharap dilakukan oleh Pemda DIY.
Empat embung yang sudah dibangun di Bantul juga dibangun oleh Pemda DIY. Keempatnya yakni embung di Potorono Banguntapan, Panggungharjo Sewon, Sumbermulyo Bambanglipuro, dan embung di Selopamioro Imogiri. “Kami tidak mungkin membangun embung karena tidak ada dananya,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan kawasan Permukiman (DPUPKP), Yitno.
Yitno mengatakan sejauh ini tidak ada dropping air khusus untuk pengairan lahan pertanian. Jawatannya mengoptimalkan saluran irigasi, bendung, dan pengambilan air dari sungai dengan pompa. Bahkan sudah ada 89 bendung yang dibangun di Bantul untuk mengalirkan air dari sungai ke area persawahan.