Menurut Wahyuni, musibah kematian ikan di WKO hampir selalu terjadi setiap tahun. Biasanya wabah kematian mendadak itu meningkat mendekati bulan Agustus. "Kami para petani nggak bisa tidur, setiap saat kalau ada air warna putih harus segera memindahkan karamba. Kalau tidak pindah, ikan bisa mati semua," jelasnya.
Bendot (51) Warga Desa Ngasinan, Kecamatan Sumberlawang, Sragen menambahkan, kematian mendadak ikan ini membuat dirinya terus siaga. "Karamba di Ngasinan dan sekitarnya pada mati sejak tadi malam, kami terus siaga," tandasnya.
Sementara, puluhan ton bangkai ikan berbagai jenis itu dikubur di lokasi daratan tak jauh dari WKO. Salah satu pemilik karamba di Ngasinan, Ngargosari, Suryanto (45) mengatakan penguburan bangkai ikan terpaksa dilakukan karena ikan-ikan yang mati sudah tak lagi bisa dijual maupun dikonsumsi. Sehingga daripada menimbulkan bau busuk dan merembet ke karamba yang masih aman, para petani terpaksa mengubur tumpukan bangka ikan yang mati.
Menurutnya, bangkai ikan yang dikubur berjumlah sangat banyak mencapai puluhan ton. Di karamba miliknya saja, ribuan ikan juga mati mendadak sejak tiga hari terakhir. "Bangkai ikan ini nanti akan dibawa ke darat untuk dilakukan penguburan. Mau dijual juga nggak laku, dibiarkan malah membusuk dan bisa memicu penyakit," tambahnya.
(Khafid Mardiyansyah)