MANADO - Sekilas tak ada yang aneh dari buruh bangunan yang sedang bekerja ini, penampilannya seperti buruh pada umumnya. Namun, saat dilihat lebih seksama, ternyata dia adalah seorang petinju profesional yang belum lama ini meraih sabuk IBF Pan Pasific kelas 63,5 kilogram dengan mengalahkan petinju asal Filipina Ryan Sarmona di ronde keempat dengan TKO pada pertarungan Indonesia Big Fight XII di Jakarta, 6 April 2019.
Para buruh lainnya juga tak pernah menyangka ada petinju profesional di antara mereka, tapi begitu ditunjukkan video-video sewaktu dia bertanding, barulah mereka percaya. Buruh bangunan itu ternyata Rivo Kundimang, pemegang dua gelar sabuk tinju internasional dari WBC Asia Youth kelas 63,5 kg dan juga IBF Pan Pasific kelas 63,5 kg. Tapi mengapa, petinju kelahiran Manado 1 November 1997 itu tiba-tiba menjadi buruh bangunan disaat karirnya sedang menanjak.
Baca Juga: Kisah 3 Pelajar di Jambi Rela Jalan Kaki 2 Jam demi Bersekolah
Petinju yang bernaung di bawah sasana tinju Navaz Boxing Camp (NBC) ini mengaku terpaksa melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama keluarganya. Bahkan dirinya mengakui hal itu dilakukannya karena merasa tidak mendapat perlakuan yang layak sebagaimana seorang petinju profesional.
"Saya tinggal di ruko, diberikan kamar di bawah tangga ruangan 2 x 1,5 meter dengan fasilitas kasur dan kipas angin, uang makan setiap hari Rp50 ribu, itu pun jarang," ujar Rivo kepada Okezone, Selasa (23/7/2019).
Tak jarang Rivo harus berhutang demi memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari. Kopi, kacang dan rempeyek menjadi santapan sehari-hari dari Rivo. Bahkan sebelum bertanding dan menyabet juara IBF Pan Pasific, menu itu yang disantap oleh Rivo.
"Itu sudah menjadi santapan sehari-hari, menu itu yang membuat saya jadi juara dunia," kata Rivo sembari tertawa.