Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pelecehan Seksual Anak Korban Gempa & Tsunami Palu, Diintip saat Mandi hingga Percobaan Pemerkosaan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 24 Juli 2019 |04:09 WIB
Pelecehan Seksual Anak Korban Gempa & Tsunami Palu, Diintip saat Mandi hingga Percobaan Pemerkosaan
Intan kesal dan jengkel atas apa yang dialaminya (Foto: BBC Indonesia)
A
A
A

ANAK dan perempuan penyintas gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah, setiap harinya harus berhadapan dengan kekerasan dan pelecehan seksual, mulai hal terkecil diintip saat mandi hingga percobaan pemerkosaan.

Hal tersebut membuat anak dan perempuan menjadi kelompok yang paling rentan di pengungsian. Salah satu alasannya, kondisi kamar mandi di pengungsian yang tidak ramah perempuan.

Salah satu anak, Intan (bukan nama sebenarnya) menuturkan pengalaman yang dia alami di kamar mandi di kamp pengungsian.

"Kejadiannya pagi hari pas saya mau berangkat sekolah, kan saya mengantri mandi. Orang itu sudah lama di dalam WC, sudah hampir satu jam, tapi tak keluar-keluar. Sudah mau empat orang selesai dia belum ada keluar-keluar," tutur Intan mengawali kisahnya.

"Pas saya masuk, saya menghadap ke sebelah kiri, saya lihat tangannya itu orang di bawah, masuk dengan cermin pas saya buka celana. Pas itu saya pakai ulang celanaku, pergi ke luar ulang saya," lanjutnya kemudian.

Perasaannya campur aduk kala itu, antara marah, panik dan jengkel.

Begitu keluar dari kamar mandi, sambil gemetar menahan amarah, dia langsung meminta orang yang dia sebut baintip (mengintip) itu keluar dari kamar mandi. Namun, orang itu urung keluar.

"Saya tendang-tendang itu pintu orang yang di sebelah, tapi dia tak mau juga keluar-keluar. Saya berteriak-teriak sampai ada kata-kata kotor saya keluarkan di mulutku," ungkap Intan menggambarkan kejengkelannya kala itu.

Pelecehan seksual semacam itu tidak hanya dialami oleh Intan.

Tenda pengungsian korban gempa dan tsunami di Palu (Foto: BBC Indonesia)

Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST) yang ikut memberi pendampingan kepada anak-anak dan remaja di enam lokasi pengungsian di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, mencatat setidaknya ada lebih dari 20 kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami anak dan perempuan penyintas gempa.

"Rata-rata memang korbannya perempuan muda. Kalau yang di tenda Masjid Agung itu lima orang satu kali kejadian pengintipan," ujar ketua KPKP-ST Soraya Sultan.

Salah satu penyebabnya, jelas Soraya, adalah fasilitas pengungsian yang tidak kondusif, terutama bangunan kamar mandi yang tak ramah lingkungan.

"Kita tahu rata-rata sebagian besar tidak terpisah antara toilet laki-laki dan toilet perempuan. Kemudian bangungan toilet yang tidak sempurna, di atasnya bolong, di bawahnya tidak sampai menutup ke bawah. Hal itu kan mudah sekali memicu," ungkap perempuan berusia 40 tahun yang akrab disapa Aya ini.

"Kemudian kalau terbuat dari seng, di beberapa tempat malah ada yang melubangi. Sementara di kamp ini keamanan dan penerangan rata-rata tidak terpenuhi dengan baik," imbuhnya.

Baca Juga: Kebakaran Rumah Kontrakan Tewaskan 4 Bocah

Lebih jauh, Soraya menjelaskan bahwa kasus-kasus pelecehan seksual ini dipicu jarak antara toilet dan tenda pengungsian yang cukup jauh. Berbeda dengan ketika di rumah, di mana kamar mandi terletak di dalam rumah sehingga orang-orang kerap mengenakan baju seadanya ketika di kamar mandi.

"Tapi kalau di kamp ini, orang mau sarung atau daster dalam keadaan rambut basah dilihat oleh laki-laki atau anak laki-laki, itu ternyata bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus pengintipan," jelasnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement