Di tanah kelahiranya, namanya diabadikan sebagai nama Rumah sakit TNI AD Robert Wolter Mongisidi, ada juga patung dirinya berdiri tegak di jalan Pierre Tendean menghadap ke Malalayang, tempatnya dilahirkan. Selain itu juga terdapat patung dirinya di samping Museum Kodam XIII/Merdeka dan satu lagi patung yang sedikit lebih kecil terdapat di Malalayang, di samping rumah keponakannya Yohan Mongisidi, menghadap ke lapangan bantik lokasi dimana Wolter dilahirkan.
Kedua patung yang disebutkan terakhir punya keterkaitan dan beraroma mistis. Awalnya patung yang sedikit lebih kecil itu dibangun di samping museum Kodam XIII/Merdeka, namun pembangunan yang diprakarsai oleh Pangdam XIII/Merdeka Brigadir Jenderal TNI Willy Widjojo Soejono (23 Maret 1970) waktu itu tidak kunjung selesai karena campuran bahan untuk membuat patung tidak bisa menyatu. Campuran semen tidak bisa menyatu dengan rangka besi patung tersebut.
Setelah dikonsultasikan dengan pihak keluarga, akhirnya patung tersebut dipindahkan ketempatnya yang sekarang ini sedangkan di samping museum dibangun patung baru yang lebih tinggi. Pembangunan kedua patung tersebut pun berjalan lancar. Untuk berfoto dipatung Wolter yang berada di lingkungan VII, Kelurahan Malalayang Satu, Kota Manado, tidak boleh sembarangan dan harus meminta ijin terlebih dahulu dari juru kunci.
Patung tersebut berada di lahan keramat suku bantik yang merupakan asal pahlawan nasional Robert Wolter Monginsidi. Patung itu berdekatan dengan situs budaya suku bantik yakni Batu Niopo. Tak sembarangan orang bisa berkunjung ke Batu Niopo ini. Harus menemui terlebih dahulu Yohan Monginsidi, salah satu tua-tua adat suku Bantik. Untuk bisa datang dan melihat, apalagi mengambil gambar Mongisidi dan batu Niopo, harus meminta izin dulu kepada para leluhur.
"Kalau diizinkan, kita bisa pergi dan mengambil gambar," ujar Yohan.
Suku Bantik, tempat Wolter berasal merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Sulawesi Utara, tersebar disedikitnya enam kabupaten/kota. Ada 11 desa atau kelurahan yang didiami Suku Bantik. Sekarang mereka sudah menganut berbagai agama. Namun, kepercayaan leluhur ini masih tetap dijaga melalui berbagai ritual budaya.(kha)
(Fiddy Anggriawan )