PADANG - Cuaca cukup menusuk tulang ketika laju kendaraan memasuki kawasan kaki Gunung Singgalang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kabut tipis seperti menyelimuti kaki gunung dan bentangan sawah yang luas. Okezone.com terus menelusuri jalan di tengah-tengah bentangan sawah beberapa petani disibukkan dengan panen padi yang sudah menguning.
Jalan yang lurus menuju Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam di pinggir jalan sesampai di daerah itu langsung menemukan simpang empat dengan nama-nama jalan para toko dari daerah itu seperti, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Datuk Kayo, dan Mr. Moh Nazief.
Tiga pria paru bayah duduk di luar pagar Masjid Nurul Imam sambil mengobrol, Okezone mencoba menghampiri ketiga pria itu sambil memberi salam serta memperkenalkan diri. Suasana Koto Gadang itu tampak sepi hanya beberapa orang yang memakai kendaraan roda dua dan angkot yang bolak-balik mencari penumpang. Banyak rumah bangunan tua seperti jama kolonial dibiarkan kosong tak ada penghuninya.

“Rumah-rumah di sini kosong, rata-rata penduduknya merantau di Jakarta dan Bandung, ada 85 persen rumah disini kosong selebihnya hanya warga penggarap sawah, kadang warga yang ada disini hanya bekerja membersihkan rumah kosong ini ada juga yang tinggal di rumah kosong tapi bagian belakang,” tutur Muslim salah satu tokoh masyarakat yang sedang duduk diluar pagar Masjid Nurul Imam.
Di sini masyarakatnya hampir semuanya merantau, mengejar pendidikan di luar jika disini saja maka tidak ada perkembangan, sambung Muslim. “Masyarakat ini merantau sejak jaman Belanda dulu tapi makin banyak yang merantau itu memasuki tahun 70 an sehingga banyak kosong,” katanya.
Koto Gadang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti Haji Agus Salim, Sutan Syarir, Emil Salim, Rohana Kudus seorang tokoh wanita dari Minangkabau yang menjadi jurnalis wanita pertama di Indonesia. Telisik tentang Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair Chairil Anwar. Dia juga merupakan sepupu dari KH Agus Salim.
Rohana Kudus yang nama aslinya Siti Ruana namanya berubah setelah menikah dengan Abdul Kudus yang juga berasal dari Koto Gadang. Rohana Kudus ini lahir 20 Desember 1884, dalam buku yang ditulis Mestika Zed dan Hasril Chaniago, Riwayat dan Perjuangan Ruhana Kudus, Tokoh Perempuan Yang Mendahului Zaman.
Nama asli Rohana Kudus adalah Siti Roehana kemudian menikah berubah menjadi Roehana Koeddoes. Dia lahir dari keluarga terpandang di daerah tersebut. Rohana berasal dari keluarga terpelajar, ayahnya bernama Mohammad Rasjad dengan gelar Maharadja Soetan, ayahnya ini mendapat pendidikan zalam kolonial Belanda dan meniti karir sebagai pegawai kejaksaan pemerintah Hindia Belanda yang ditugaskan dibanyak tempat di Sumatera Barat. Sementara ibu Rohana adalah Kiam yang berasal dari pesukuan Sikumbang.

Saat kecil Rohana Kudus tidak mendapatkan pendidikan seperti kaum laki-laki, Rohana Kudus, namun sejak kecil Rohana sudah diajarkan ayahnhya membaca huruf latin dan Arab-Melayu saat itu masih berusia lima tahun.
Kehidupanya berpindah-pindah karena mengikuti sang ayah yang dipindahkan ke berbagai daerah, pada saat usia 6 tahun ayahnya dipindahkan ke Alahan Panjang disana bertemu dengan keluarga Lebai Rajo Nan Sutan yang merupakan Jaksa Alahan Panjang yang juga berasal dari Koto Gadang dan istrinya Aidiesa, pasangan ini tidak memiliki anak sehingga mereka menjadikan Rohana menjadi anak angkatnya.
Dari Aidiesa ibu angkat Rohana bisa membaca dan menulis, biasanya dia belajar pada siang hari baru malam hari dia kembali kerumah orang tuanya. Ditempat orang tua angkatnya Rohana juga bebas membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berita politik, gaya hidup, serta pendidikan di Eropa.