Menurut naskah dari sejarawan Shihab al Umari, keengganan Mansa Musa karena menurut aturan, dia harus mencium tanah dan tangan Sultan saat bertemu. Ketika akhirnya Mansa Musa dapat dibujuk bertemu dengan Al Nasir, Mansa Musa menolak mencium kaki Sultan Mesir itu, membuat suasana pertemuan menjadi tidak harmonis dan baru menjadi tenang kembali setelah Mansa Musa berkompromi dengan memberi salam secara pantas kepada Al Nasir, dan mengumumkan bahwa jika dia harus bersujud ketika masuk ke istana, maka dia hanya akan melakukannya di hadapan Allah SWT.
Dari pasar Kairo ke kantor kerajaan, Mansa Musa menunjukkan kedermawanannya dengan membeli barang-barang asing, memenuhi jalan-jalan di Mesir dengan emas. Mansa Musa membagikan ribuan emas batangan, dan pedagang Mesir mengambil keuntungan dari sang raja dengan mengenakan harga lima kali harga normal untuk barang-barang mereka.
Meskipun niatnya baik, hadiah emas Mansa Musa berdampak sangat besar dan membuat nilai logam mulia itu di Mesir turun hingga 25 persen, memukul perekonomian komunitas itu sehingga membutuhkan waktu 12 tahun untuk pulih.
BACA JUGA: Orang Terkaya Sepanjang Sejarah, Penguasa Benua Afrika
Dalam perjalanan itu, Mansa Musa tidak hanya menjadi seorang dermawan, tetapi juga penakluk, dan memperoleh sejumlah teritori, memperluas wilayahnya sampai tepi selatan Gurun Sahara di sepanjang Sungai Niger. Dia kemudian memiliki kerajaan yang membentang beberapa mencakup sejumlah besar wilayah, termasuk Senegal, Gambia, Guinea, Niger, Nigeria, Chad, dan Mauritania saat ini, selain juga Mali.
Daerah Gao, yang saat ini terletak di wilayah Mali modern, adalah wilayah yang penting bagi Mansa Musa. Di sini dia membangun salah satu dari beberapa masjid setelah menyelesaikan haji.
Selain Gao, Timbuktu juga merupakan kota penting bagi sang raja yang kaya, yang menggunakan kekayaannya untuk membangun sekolah, universitas, perpustakaan, dan masjid di sana. Pusat perdagangan yang berkembang itu adalah tempat Musa menugaskan pembangunan Masjid Djinguereber, masjid terkenal yang dibangun dari bata lumpur dan kayu yang telah teruji oleh waktu, tetap aktif selama lebih dari 500 tahun.