"Beras organik pangsa pasarnya sudah luas, harganya pun tinggi jadi saya ingin bisa memberi manfaat lebih ke petani, tuturnya.
Ketua Gapoktan Sarinah, Tuti menceritakan ihwal kelompok taninya yang sudah maju dan bertahun-tahun menerapkan padi organik. Gapoktan Sarinah mulai mengembangkan pada organik sejak 2011 dan sampai sekarang perluasan lahannya menjadi 100 ha dengan produktivitas sekitar 8 ton per hektare.
"Hasil dari produksi di sini alhamdulillah sudah langsung ada pasarnya, kami kerjasama dengan PT. Tafis, Kalbe dan perusahaan lain. Kemarin juga sempat dengan Nutrifood dan tahun ini akan kita jajaki lagi untuk memasok kesana," ujarnya.
Terkait harga jual, Tuti mengatakan harga beras yang masih curah Rp15 ribu per kg. Berbeda halnya kalo sudah dipacking bisa mencapai Rp22 ribu per kg. "Kami buatnya dalam bentuk beberapa macam. Ada yang 1 kg, 2 kg dan 5 kg," katanya.
Produk yang dijual Gapoktan Sarinah ada yang berupa beras putih dan beras merah. Untuk jaminan pasar atas organiknya, gapoktan ini rutin mengurus sertifikat organik ke Inofice. Biaya sertifikasi awalnya sekitar Rp20 juta dan sesudah itu tinggal dilakukan perpanjangan dengan biaya sekitar Rp10 juta.
"Biaya ini berlakunya 3 tahun, tapi ya itu, tetep saja harus disurvei tiap tahunnya. Untuk memastikan perlakuannya berbasis organik," ungkap Tuti.