Namun Annur tetap bertahan di rumah, meski kerusuhan sudah terjadi di luar rumah. Setelah 2 jam berdiam diri dalam rumah, lanjut Annur, anak dan suaminya berkumpul serta mencari tahu kerusuhan apa yang sedang terjadi.
"Jadi saya ngobrol dan kumpul sama anak-anak dan suami tanya-tanya sedang apa yang terjadi begitu" lanjutnya.
Annur mengaku kerukunan antar warga sangat bagus di Wamena. "Kalau warga papua mereka baik beradaptasi bersosialisasi mereka itu baik. Tidak ada perbedaan antara rambut keriting kami semua sama tidak ada perbedaan. Saya di sini sudah 20 tahu. Dari saya masih nona-nona ikut sama kakek di Wamena," ungkapnya.
Annur mengaku, rumah dibakar oleh kelompok massa yang tak dikenalnya saat terjadinya kerusuhan hari itu. Saat rumahnya dibakar ia masih berada dalam rumahnya. "Jadi saya punya suami kita harus keluar karena di luar banyak orang. Mau bakar rumah. Jadi suami saya bilang kalau kita dalam rumah kita bisa habis terbakar. Jadi kami semua keluar," urainya.
Orang-orang yang membakar rumahnya tak ada satu wajah yang dikenalnya. Bahkan, kata Annur, warga sekitar tak ada yang mengenal orang-orang itu. "Pendeta saja dan orang-orang di sini asli Papua tidak ada yang kenal. Saya diselamatkan oleh Pak Pendeta saat saya ke luar rumah dan anak-anakku. Kami hampir dibunuh," ujar Annur.
Bahkan, kata Annur, pendeta yang menolong juga mendapat ancaman dari kelompok perusuh tersebut. Pendeta diancam akan dibunuh jika membantu keluarganya dari kebakaran rumah itu.
"Pak pendeta selamatkan saya. Sampai-sampai pendeta diancam akan dibunuh. Dia bilang kalau Pak Pendeta lindungi mereka-mereka Pak Pedeta juga dibakar. Pak Pendeta saat ini masih aman. Mudah-mudahan dia selamat di sana. Dia sudah selamatkan saya," kata Annur sedih.
(Fiddy Anggriawan )