Baghdadi kemudian menugaskan Ethawi dengan peran-peran kunci seperti memberikan instruksi keagamaan dan pemilihan komandan Negara Islam. Setelah kelompok itu sebagian besar runtuh pada tahun 2017, Ethawi melarikan diri ke Suriah dengan istrinya yang orang Suriah.
Titik balik lain datang awal tahun ini selama operasi bersama di mana AS, agen intelijen Turki dan Irak menangkap para pemimpin senior Negara Islam, termasuk empat warga Irak dan satu warga Suriah, kata pejabat keamanan Irak.
"Mereka memberi kami semua lokasi di mana mereka bertemu dengan Baghdadi di dalam wilayah Suriah dan kami memutuskan untuk berkoordinasi dengan CIA (Badan Agen Intelijen AS) untuk mengerahkan lebih banyak sumber di dalam area-area ini," kata salah seorang pejabat Irak, yang memiliki hubungan dekat dengan beberapa agen keamanan.
"Pada pertengahan 2019 kami berhasil menemukan Idlib sebagai tempat di mana Baghdadi pindah dari desa ke desa bersama keluarganya dan tiga pembantu dekat," kata pejabat itu.
Informan di Suriah kemudian melihat seorang pria Irak mengenakan hiasan kepala kotak-kotak di pasar Idlib dan mengenalinya dari sebuah foto, kata pejabat itu. Itu Ethawi, dan mereka mengikutinya ke rumah tempat Baghdadi tinggal.
"Kami menyerahkan detailnya ke CIA dan mereka menggunakan satelit dan drone untuk mengawasi lokasi selama lima bulan terakhir," kata pejabat itu.
Dua hari lalu, Baghdadi meninggalkan lokasi bersama keluarganya untuk pertama kalinya, bepergian dengan minibus ke desa terdekat.
"Itu adalah saat terakhirnya untuk hidup," kata pejabat itu.
Musuh lokal
Baghdadi juga melarikan diri dari musuh-musuhnya di Suriah.
Hayat Tahrir al-Sham, kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra dan yang mendominasi Idlib, telah memburunya setelah menerima informasi dia berada di daerah itu, menurut seorang komandan di kelompok jihad Idlib.
Front Nusra dan Negara Islam adalah rival dalam perang Suriah.