KETAPANG - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat bukan menjadi satu-satunya ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan dan satwa lainnya.
Meski karhutla sudah tidak lagi melanda hutan di Ketapang, tapi aktivitas illegal logging dan pertambangan emas ilegal masih menjadi ancaman punahnya habitat satwa-satwa tersebut. Bahkan, ancaman itu masih ada hingga saat ini.
Aktivitas-aktivitas ilegal tersebut merusak hutan dan habitat serta mengancam kelangsungan hidup orangutan maupun satwa lainnya. Ancaman ini nyata di depan mata dan bukan isapan jempol belaka.
Buktinya, tim gabungan IAR Indonesia dan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang kembali menyelamatkan satu orangutan di Dusun 4, Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (24/1/2020).
Direktur IAR Indonesia, Karmele L Sanchez menjelaskan, orangutan jantan dewasa ini diselamatkan tidak jauh kawasan pertambangan dan illegal logging di Matan Hilir Ketapang.
"Orangutan ini pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh seorang warga pada pertengahan Januari lalu karena memasuki kebunnya," jelasnya kepada sejumlah wartawan, Senin (27/1/2020).
Mendapat laporan itu, lanjut Karmele, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia menindaklanjuti laporan ini dengan melakukan verifikasi dan melakukan mitigasi dengan menggiring orangutan ini masuk kembali ke hutan.
"Tetapi karena hutan yang ada sudah rusak dan terbuka akibat pertambangan emas ilegal dan illegal logging, orangutan yang diberi nama Inap ini kembali masuk ke kebun warga untuk mencari makan," ceritanya.
Baca Juga : RS Hasan Sadikin Tunggu Hasil Tes 2 Suspect Virus Korona
Tim gabungan akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi orangutan yang diperkirakan berusia lebih dari 20 tahun ini dan membawanya ke IAR Indonesia. Setibanya di pusat rehabilitasi IAR Indonesia, orangutan ini menjalani pemeriksaan lebih lanjut sebelum dipindahkan ke hutan yang lebih baik dan aman untuk kehidupannya.
"Karena orangutan ini adalah orangutan liar, tim menggunakan obat bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat proses evakuasi," tutur Karmele.