Sayangnya nasib serupa tidak dialami sebuah kapal perang Bangladesh yang sedang berada di Pelabuhan Beirut. Menurut Dubes Hajriyanto, kapal itu terkena imbas ledakan menyebabkan jatuhnya korban jiwa di antara awaknya.
“Ketika ledakan terjadi, kapal perang Bangladesh sedang bersandar, dua orang meninggal dan sembilan lainnya luka berat, kritis dan dirawat di rumah sakit. Meski kapal tidak sampai tenggelam, mungkin karena guncangan hebat, mereka meninggal dan luka-luka,” ujar Hajriyanto lirih.
UNIFIL lewat Twitter menyampaikan belasungkawa dan sekaligus menginformasikan personil yang luka-luka dalam insiden itu.
Selain yang tergabung dalam Maritime Task Force, pangkalan-pangkalan di mana UNIFIL berada memang jauh. Bahkan kini mereka bergabung bersama tim kesehatan untuk penyelamatan dan penanganan korban ledakan ini.
Diwawancarai secara terpisah, Kepala PIO Indobatt XXIII-N UNIFIL Kapten Laut (KH) Dony Raemana juga tak habis mengucap syukur. “Untungnya kontingen kita, Satgas MTF, sedang berlayar ke Turki hari itu. Jadi tidak ada korban dari Kontingen Garuda. Sesuai perintah dari Sector East, kita back up hampir semua patroli di Sector East,” ujarnya.
Ditambahkannya, “Alhamdulillah masih diberi perlindungan Allah SWT. Kami semua yang tergabung dalam Kontingen Garuda di UNIFIL, alhamdulillah sehat semua. Dengan jumlah 1.234 personil yang terbagi dalam berbagai satuan... semua dalam keadaan aman dan sehat.”
Dari 13 misi penjaga perdamaian PBB di seluruh dunia, UNIFIL adalah misi dengan jumlah personil kelima terbesar setelah UNIMISS (di Sudan Selatan), MONUSCO (di Republik Demokratik Kongo), MINUSMA (di Mali) dan MINUSCA (di Republik Afrika Tengah). Hingga Agustus 2020 ini ada 10.124 personil pasukan penjaga perdamaian yang tergabung dalam UNIFIL, di mana 1.234 di antaranya berasal dari Indonesia, dalam Kontingen Garuda.