BEIRUT – Duta Besar Lebanon untuk Jerman, Mustapha Adib pada Senin (31/8/2020) menjadi calon terkuat untuk mengisi posisi perdana menteri Lebanon setelah mendapat dukungan dari partai-partai besar guna membentuk pemerintahan baru.
Pemerintah Lebanon tengah menghadapi krisis keuangan yang melumpuhkan serta dampak ledakan pelabuhan Beirut.
Diwartakan VOA, Adib akan ditunjuk sebelum kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron, yang mendapat perhatian besar dalam upaya internasional menekan politisi Lebanon agar mengatasi krisis terburuknya sejak perang saudara 1975-1990.
BACA JUGA: Pasca Ledakan Beirut, PM dan Seluruh Pemerintahan Lebanon Umumkan Pengunduran Diri
Pemerintah Lebanon sebelumnya yang dipimpin Hassan Diab mundur pada 10 Agustus terkait ledakan di Pelabuhan Beirut, di mana sejumlah besar bahan kimia yang disimpan secara tidak aman, meledak.
Dalam sistem sektarian Lebanon, perdana menteri harus dijabat oleh seorang Muslim Sunni. Pencalonan Adib pada Minggu (30/8/2020) memenangkan dukungan politik penting dari mantan perdana menteri termasuk Saad al-Hariri, yang memimpin partai Sunni terbesar, Gerakan Masa Depan.
BACA JUGA: Dampak Ledakan Beirut, 300.000 Orang Kehilangan Tempat Tinggal
Presiden Michel Aoun, seorang Kristen Maronit, pada Senin akan bertemu dengan kelompok-kelompok di parlemen untuk melakukan konsultasi resmi guna menunjuk perdana menteri baru. Ia diwajibkan mencalonkan kandidat dengan tingkat dukungan terbesar di antara anggota parlemen.
Menurut seorang sumber senior Syiah, partai-partai Syiah Lebanon yang dominan, Hizbullah yang didukung Iran dan Gerakan Amal yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri, keduanya akan menunjuk Adib dalam konsultasi tersebut.
Gerakan Patriotik Bebas Kristen (FPM), sekutu politik Hizbullah yang didirikan oleh Aoun dan sekarang dipimpin oleh menantunya Gebran Bassil, akan melakukan hal yang sama.
Follow Berita Okezone di Google News
(dka)