NEW YORK - Setidaknya 21 jurnalis tercatat menjadi korban pembunuhan pembalasan sepanjang tahun ini.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan angka ini naik lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu.
Kelompok pengawas juga mencatat sebanyak 30 jurnalis tewas saat menjalankan tugas pada tahun ini.
CPJ masih menyelidiki kematian setidaknya 15 jurnalis lainnya tahun ini untuk menentukan apakah pekerjaan mereka menjadi motifnya.
Meksiko adalah negara paling berbahaya untuk pengumpulan berita dengan setidaknya lima jurnalis menjadi korban pembunuhan pembalasan.
“Fakta jika pembunuhan sedang meningkat dan jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia mencapai rekor adalah demonstrasi yang jelas bahwa kebebasan pers berada di bawah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah pandemi global, di mana informasi sangat penting,” ungkap Direktur Eksekutif CPJ Joel Simon, dikutip AFP.
“Mengerikan bahwa pembunuhan jurnalis meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu, dan eskalasi ini merupakan kegagalan komunitas internasional untuk menghadapi momok impunitas,” tambahnya.
(Baca juga: Bunuh 7 Orang, Buron Selama 20 Tahun, Wanita Ini Akhirnya Diadili)
CPJ juga terkejut mengetahui eksekusi jurnalis Ruhollah Zam di Iran pada 12 Desember lalu terkait laporannya tentang protes anti-pemerintah tahun 2017. Mereka menilai pembunuhan itu disponsori negara.
Sementara itu, jumlah kematian terkait perang bagi wartawan menurun ke tingkat terendah sejak 2000, akibat pembatasan perjalanan terkait pandemi Covid-19. CPJ menghitung hanya ada tiga kematian wartawan yang hanya terjadi di Suriah.
Awal bulan ini, organisasi tersebut melaporkan jumlah jurnalis yang dipenjara pada tahun 2020, sejalan dengan penghitungan serupa dari Reporters Without Borders yang berbasis di Prancis.
(Susi Susanti)